Senin 09 Nov 2020 07:09 WIB

Menlu: Prancis Tekankan Rasa Hormat pada Islam

Menlu Prancis menyatakan, negaranya menghormati Islam.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian
Foto: Reuters/Charles Platiau
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Dalam kunjungannya di Kairo, Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, menekankan rasa hormat yang dalam kepada Islam. Hal tersebut disampaikan setelah komentar presiden Prancis, Emmanuel Macron yang memicu kontroversi di sebagian besar dunia Muslim.

Dalam konferensi pers pada Ahad (8/11) bersama  dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Le Drian menegaskan, negaranya menghormati agama Islam. Dia menambahkan, penghormatan Prancis terhadap Islam juga akan disampaikan dalam pertemuan mendatang dengan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed El-Tayyeb.

Baca Juga

Dilansir dari laman Ahram Online pada Senin (9/11), Drian mengatakan, Muslim di Prancis adalah bagian dari sejarah dan identitas Prancis. Kunjungan Menlu Prancis terjadi menyusul keributan dan kecaman atas komentar yang dibuat oleh Macron tentang Islam, serta seruan untuk memboikot produk Prancis, setelah Macron membela hak orang untuk membuat gambar Nabi Muhammad.

Pada Oktober, seorang tersangka memenggal kepala seorang guru bahasa Prancis karena menunjukkan kartun Nabi di dalam kelasnya. Gambar tersebut dibuat oleh majalah satir Prancis Charlie Hebdo. Serangan tersebut dikutuk keras oleh Mesir, Al-Azhar, dan Muslim di seluruh dunia.

 

Shoukry mengatakan, aksi teroris baru-baru ini di Prancis bertujuan untuk menggoyahkan dan mencapai tujuan politik. Dia menekankan bahwa serangan semacam itu tidak ada hubungannya dengan Islam sebagai agama.

Pembicaraan antara kedua menteri juga terkait krisis di Palestina, Libya, Suriah, Yaman dan Irak. Shoukry mengatakan, bahwa posisi Mesir tetap teguh sejak awal krisis di Libya, menyoroti pentingnya resolusi warga Libya.

Shoukry mengatakan, Mesir terus berkoordinasi dengan Prancis untuk memenuhi kepentingan rakyat Libya. Kemudian menambahkan bahwa tindakan Kairo dalam menetapkan garis merah di Sirte dan Al-Jufra di Libya telah menyebabkan de-eskalasi pertempuran di negara itu. Le Drian mengatakan, tidak ada solusi militer untuk krisis di Libya.

Di samping itu, kedua menteri luar negeri itu juga ditanyai tentang terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) yang baru.

Shoukry mengatakan, Mesir menikmati hubungan strategis dengan AS, yang berlangsung empat dekade. Ini menandakan bahwa tidak ada konflik atas pemilihan Biden atas Donald Trump, yang memiliki hubungan lebih lanjut antara Kairo dan Washington terkait masalah penting selama masa jabatannya, meskipun ada kritik oleh beberapa orang dari praktik hak asasi manusia Kairo.

Sebelumnya, Prancis tengah mencari cara memperbaiki kembali hubungan dengan negara-negara Muslim yang renggang akibat pernyataan Presiden Emmanuel Macron. Prancis berencana mengirimkan duta khusus untuk menyampaikan pandangan-pandangan Macron pada dunia Muslim.

"Prancis mencari cara menunjuk duta besar khusus untuk menjelaskan pemikiran Presiden Emmanuel Macron tentang sekularisme dan kebebasan berekspresi," tulis The Guardian seperti dilansir Sputniknews  pada Kamis (5/11).

Utusan khusus Prancis itu ditugaskan untuk membantu mencegah sentimen anti Prancis menyebar lebih luas di mana telah terlihat di beberapa negara mayoritas Muslim dalam beberapa pekan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement