Senin 09 Nov 2020 12:11 WIB

Dubai Terima Penerbangan Perdana dari Israel

Normalisasi Israel dengan UEA ditandai penerbangan perdana Israel ke Dubai

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
FlyDubai
Foto: it.wikipedia.org
FlyDubai

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI — Normalisasi Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) saat ini kembali ditandai dengan adanya penerbangan perdana dari Israel menuju Dubai. Dalam penerbangan Ahad (8/11) kemarin itu, pesawat membawa rombongan turis dari Israel.

Mengutip Alarabiya, Senin (9/11), penerbangan FlyDubai dengan nomoe FZ8194 itu mendarat di Bandara Internasional Dubai tepat pukul 17:40 waktu setempat. Dengan penerbangan tiga jam dari Bandara Internasional Ben-Gurion di Tel Aviv, maskapai bertarif rendah itu menggunakan pesawat Boeing 737.

Berdasarkan informasi, penerbangan itu melintasi Arab Saudi dan melewati Teluk Arab sebelum akhirnya mencapai UEA.

Normalisasi itu memang menjadi dasar hubungan kedua negara dan penerbangannya, namun, kedatangan wisatawan juga digadang-gadang terjadi untuk menggairahkan kembali industri pariwisata Dubai yang anjlok karena Pandemi Covid-19.

 

Penerbangan itu, juga dinilai menguntungkan kedua pihak. Utamanya, oleh Israel yang sedang mencoba membangun hubungan dengan negara-negara Arab. Alhasil, UEA dan Israel sepakat dalam meluncurkan penerbangan komersial reguler antara dua bandara internasional mereka.

Meski penerbangan perdana ditandai dengan para wisatawan. Penerbangan lanjutannya, diketahui dilakukan oleh delegasi bisnis dan pemerintahan kedua pihak. Hal itu terjadi ketika Israel dan UEA, yang telah mempertahankan kontak rahasia selama bertahun-tahun, membuka hubungan diplomatik mereka.

Serupa dengan Bahrain yang juga melakukan normalisasi, UEA berdalih untuk tetap mengantisipasi perdamaian dengan Israel itu. Khususnya, dengan upaya kesepakatan bantuan dalam pembelian jet tempur F-35 dari AS.

Namun, perjanjian di Gedung Putih September lalu itu, tidak membahas konflik puluhan tahun antara Israel dan Palestina. Terlebih, ketika mayoritas memandang pakta itu sebagai pengkhianatan dari sesama orang Arab atas perjuangan mereka untuk Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement