Selasa 10 Nov 2020 17:15 WIB

Indonesia Bisa Raup Rp 8,3 T pada Business Forum

Indonesia-China melakukan penandatanganan letter of intent untuk pembelian produk.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengungkapkan, Indonesia berpotensi meraup 584 juta dolar AS atau Rp 8,3 triliun dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada Indonesia-China Business Forum & Business Matching (ICBFBM) yang digelar pada Sabtu (7/11). Penandatanganan itu dilakukan oleh lima importir dari China untuk pembelian produk pada 2021.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengungkapkan, Indonesia berpotensi meraup 584 juta dolar AS atau Rp 8,3 triliun dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada Indonesia-China Business Forum & Business Matching (ICBFBM) yang digelar pada Sabtu (7/11). Penandatanganan itu dilakukan oleh lima importir dari China untuk pembelian produk pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengungkapkan, Indonesia berpotensi meraup 584 juta dolar AS atau Rp 8,3 triliun dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada Indonesia-China Business Forum & Business Matching (ICBFBM) yang digelar pada Sabtu (7/11). Penandatanganan itu dilakukan oleh lima importir dari China untuk pembelian produk pada 2021.

Produk dimaksud meliputi batu bara, buah tropis, produk turunan kelapa, produk perikanan, makanan dan minuman, serta produk pertanian lainnya. Penandatangan dilakukan secara langsung dari hotel Le Meridien Minhang, Shanghai, China. 

Baca Juga

ICBFBM merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pameran The 3rd China International Import Expo (CIIE) yang berlangsung pada 5-10 November 2020 di Shanghai, China.

Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengungkapkan optimismenya dalam upaya mendorong peningkatan ekspor nasional. “Kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok diharapkan dapat terus terjalin dan perdagangan dapat terus meningkat. Terutama di tengah perlambatan ekonomi global akibat pandemi Covid-19,” ujar Mendag melalui siaran pers, Selasa (10/11).

Hal senada juga disampaikan Kasan, ia mengatakan Kemendag menyambut baik penandatangan LoI tersebut karena dapat 

mendorong kinerja ekspor nasional. "Selain itu, peran perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri diharapkan dapat terus berjalan dengan maksimal dalam memberikan kontribusi ekspor nasional," jelasnya.

Kasan berharap, ICBFBM dapat memperkuat kerja sama Indonesia dan RRT serta menghasilkan potensi transaksi bisnis bagi pelaku usaha kedua negara di tengah perlambatan ekonomi dan perdagangan global serta pandemi Covid-19. ICBFBM diselenggarakan Dirjen PEN bekerja sama dengan KBRI Beijing, KJRI Shanghai, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Shanghai. 

Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Tuti Prahastuti menyatakan, Sebagai tindak lanjut business matching, para peserta akan memperdalam komunikasi antara kedua pihak dan ITPC Shanghai akan membantu 

menindaklanjuti komunikasi antara pelaku usaha dan buyer tersebut. Sementara, dalam Forum Bisnis, Kasan memaparkan sejumlah strategi pengembangan ekspor Indonesia.

Strategi tersebut, antara lain meningkatkan penetrasi pasar, memperkuat perwakilan perdagangan di luar negeri, meningkakan daya saing produk dan SDM UKM ekspor, relaksasi ekspor dan impor untuk tujuan ekspor, serta meningkatkan fasilitasi perdagangan. Kasan juga mengundang partisipan forum bisnis untuk menghadiri Trade Expo Indonesia (TEI) ke-35 yang diadakan secara virtual pada 10 sampai 16 November 2020. 

TEI Virtual Exhibition (TEI-VE) 2020 merupakan pameran luring yang dikonversi menjadi pameran secara virtual dan tetap memberikan pengalaman seperti pameran fisik. Baik bagi peserta maupun pengunjung. 

Kemendag mencatat, negara tujuan ekspor Indonesia masih didominasi China (18,37 persen), Amerika Serikat (12,14 persen), 

dan Jepang (8,43 persen). Bagi China, Indonesia merupakan negara pemasok ke-15 setelah Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura di negara ASEAN. 

Total perdagangan Indonesia-China pada Januari sampai September 2020 mencapai 50,27 miliar dolar AS atau turun 4,20 persen dibandingkan pada periode sama tahun sebelumnya. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke RRT mencapai nilai 21,81 miliar dolar AS yang didominasi ekspor nonmigas dengan kontribusi sebesar 20,44 miliar dolar AS. 

Nilai ini naik sebesar 9,78 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impor Indonesia dari China mencapai 28,46 miliar dolar AS. Adapun total perdagangan kedua negara pada 2019 mencapai 72,89 miliar dolar AS. Komoditas ekspor utama Indonesia ke RRT periode Januari sampai Agustus 2020 masih didominasi produk manufaktur. 

Kemendag pun mencatat, sektor makanan dan minuman termasuk salah satu sektor prospektif dan sebagian kecil industri yang tidak mengalami kontraksi selama tujuh bulan pertama pada tahun ini. Pada 2019, total nilai ekspor Indonesia ke China untuk sektor pangan olahan mencapai 249,65 juta dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement