Rabu 11 Nov 2020 19:46 WIB

Rusia: Efektivitas Vaksin Sputnik V 92 Persen

Klaim Rusia muncul beberapa jam setelah Pfizer umumkan efikasi vaksin Covid-19-nya.

Seorang pekerja medis Rusia menampilkan vaksin uji coba terhadap Covid-19 dalam fase tes pasca pendaftaran di rumah sakit rawat jalan nomor 68 di Moskow, Rusia, 17 September 2020. Rusia mendaftarkan vaksin baru yang disebut
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Seorang pekerja medis Rusia menampilkan vaksin uji coba terhadap Covid-19 dalam fase tes pasca pendaftaran di rumah sakit rawat jalan nomor 68 di Moskow, Rusia, 17 September 2020. Rusia mendaftarkan vaksin baru yang disebut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia menyebut vaksin Sputnik V buatannya memiliki tingkat efektivitas hingga 92 persen untuk melindungi orang-orang dari Covid-19. Klaim itu didasarkan dari hasil uji coba sementara, menurut lembaga Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF).

"Berdasarkan data, kami menunjukkan bahwa kami memiliki vaksin yang sangat efektif," kata kepala RDIF Kirill Dmitriev, Rabu.

Baca Juga

Hasil awal yang kedua diterbitkan dari percobaan tahap akhir pada manusia dalam upaya global untuk memproduksi vaksin yang dapat menghentikan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1,2 juta orang dan merusak ekonomi dunia. Rusia mendaftarkan vaksin Covid-19 untuk digunakan publik pada Agustus.

Rusia menjadi negara pertama yang melakukannya, meskipun persetujuan itu diberikan sebelum dimulainya uji coba skala besar pada September. Hasil sementara didasarkan pada data dari 16 ribu peserta uji coba pertama yang menerima dua suntikan vaksin dua dosis.

RDIF merupakan lembaga yang mendanai pengembangan vaksin Rusia dan memasarkannya secara global. Analisis sementara dilakukan setelah 20 peserta dalam uji coba mengembangkan Covid-19 dan memeriksa berapa banyak yang menerima vaksin versus plasebo.

Jumlah itu secara signifikan lebih rendah daripada 94 infeksi dalam uji coba vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech. Untuk memastikan tingkat keampuhan, Pfizer mengatakan akan melanjutkan uji coba hingga terdapat 164 kasus Covid-19.

Uji coba Rusia akan berlanjut selama enam bulan lagi, menurut RDIF dalam sebuah pernyataan. Data dari uji coba juga akan dipublikasikan di jurnal medis internasional terkemuka setelah tinjauan sejawat.

Uji coba fase III yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya berlangsung di 29 klinik di seluruh Moskow dan akan melibatkan total 40 ribu sukarelawan. Sebanyak seperempat di antaranya menerima suntikan plasebo. RDIF mengatakan, tidak ada efek samping serius yang dilaporkan selama uji coba fase III vaksin Sputnik V sejauh ini.

"Kemungkinan tertular Covid-19 adalah 92 persen lebih rendah di antara orang yang divaksinasi dengan Sputnik V daripada mereka yang menerima plasebo," kata RDIF.

Angka efikasi itu jauh di atas ambang efektivitas 50 persen untuk vaksin Covid-19 yang ditetapkan oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat. Pengumuman Rusia menyusul hasil yang diunggah pada Senin (9/11) oleh Pfizer dan BioNTech, yang mengeklaim vaksin buatan mereka juga memiliki efektivitas lebih dari 90 persen.

Vaksin Pfizer dan BioNTech menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA) dan dirancang untuk memicu respons imun tanpa menggunakan patogen, seperti partikel virus yang sebenarnya. Sementara vaksin Sputnik V dirancang untuk memicu respons dari dua suntikan yang diberikan dengan selang waktu 21 hari masing-masing berdasarkan vektor virus berbeda yang biasanya menyebabkan flu biasa.

Obat itu diberi nama Sputnik V, merujuk ke satelit era Soviet yang memicu kompetisi luar angkasa--sebuah isyarat pada proyek kepentingan geopolitik bagi Presiden Rusia Vladimir Putin. Rusia juga menguji vaksin yang berbeda, yang diproduksi oleh Vector Institute di Siberia, dan hampir mendaftarkan vaksin ketiga.

"Penelitian telah menunjukkan dan menegaskan bahwa, pertama, vaksin ini aman dan tidak memiliki efek samping yang serius setelah digunakan, dan kedua, semuanya efektif," kata Putin seperti dikutip kantor berita RIA, Selasa (10/11).

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement