Kamis 12 Nov 2020 14:31 WIB

Saudi Aramco akan Jual Gas Alam ke China

Selama ini China menjadi pembeli terbesar minyak mentah dari Saudi Aramco.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco.
Foto: ngoilgasmena.com
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Saudi Aramco berencana menjual gas alam ke China untuk membantu pelanggan terbesar minyaknya. Hal ini juga sebagai proses transisi ke bahan bakar yang lebih bersih.

Chief Executive Officer Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pemerintah Saudi telah berupaya memasok minyak mentah terbesarnya ke China, juga mencari opsi untuk mengembangkan dan memasok sumber energi seperti hidrogen dan bahan kimia jenis baru.

Baca Juga

“Hal tersebut untuk memperluas hubungan mereka dengan China. Aramco adalah pengekspor minyak terbesar di dunia dan China, pembeli terbesar,” ujarnya seperti dilansir dari laman Bloomberg, Kamis (12/11).

China berjanji pada September untuk menjadi netral karbon pada 2060. Meskipun kepemimpinan negara itu tidak memberikan banyak detail tentang bagaimana China akan sampai di sana, memenuhi janji itu akan menandai perubahan besar bagi pengguna utama batu bara dan minyak. 

Sebagian besar analis dan banyak perusahaan minyak memperkirakan penggunaan minyak mentah akan mencapai puncaknya jauh sebelum tanggal target China. “Kami juga dapat memasok bahan bakar jembatan yang akan membantu memenuhi kebutuhan China akan energi bersih yang terus meningkat, seiring dengan ekspansi kami ke gas internasional dan LNG,” kata Nasser. 

Menurutnya ada peluang untuk berkolaborasi dalam pengembangan dan penggunaan bahan bakar masa depan yang bersih seperti hidrogen dan bahan bakar bersih jenis bahan kimia lainnya. Dia menyebut teknologi untuk mengubah minyak mentah langsung menjadi bahan kimia berada pada tahap lanjutan. 

“Aramco bekerja dengan Universitas Tsinghua di Beijing dalam proyek percontohan untuk transformasi katalitik minyak menjadi bahan kimia,” katanya.

Menurutnya ambisi Aramco untuk menjadi pemain internasional dalam gas alam cair mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk direalisasikan dengan perusahaan yang mengalihkan fokus investasinya ke jangka panjang. Sebab pihaknya telah menunda proyek ekspor LNG yang direncanakan di Amerika Serikat dan mengurangi rencana untuk membangun kompleks minyak mentah ke bahan kimia di dalam negeri.

Perusahaan yang memiliki kilang usaha patungan di China dan tempat lain di Asia dan Amerika Serikat, sekarang sedang mencari investasi dalam proyek hilir serupa yang sedang dikembangkan untuk memenuhi tujuannya menggandakan kapasitas penyulingan hingga hampir dua kali lipat menjadi 10 juta barel per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement