REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri (PM) Bahrain Pangeran Khalifa bin Salman Al-Khalifa dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (11/11) di usia 84 tahun. Almarhum menjadi PM terlama di dunia setelah memimpin negaranya sekitar setengah abad.
Kantor berita pemerintah Bahrain yang mengumumkan kematiannya mengatakan, sebelum meninggal, Al-Khalifa menerima perawatan di Mayo Clinic, Amerika Serikat. Namun demikian, tak ada penjelasan lebih lanjut. Klinik Mayo juga tidak segera menanggapi komentar.
"Khalifa bin Salman mewakili penjaga lama dalam lebih dari sekadar usia dan senioritas," kata Kristin Smith Diwan, seorang sarjana residen senior di Institut Negara Teluk Arab yang berbasis di Washington mengutip Al Araby, Kamis (12/11).
Menurutnya, Pangeran Khalifa juga mewakili pemahaman sosial tradisional yang berakar pada hak istimewa kerajaan dan diekspresikan melalui perlindungan pribadi. Hal itu memang sangat tercermin pada pangeran yang mewakili gaya kepemimpinan Teluk yang lebih tua itu.
Dia diketahui kerap memberikan perlindungan dan bantuan untuk dukungan dari keluarga Sunni Al-Khalifa. Hal ini memang ditentang dalam protes 2011 oleh mayoritas Syiah di wilayah itu.
Semasa pemerintahannya, ia diketahui mempelajari politik dari sang ayah, yaitu Sheikh Salman bin Hamad Al-Khalifa. Ayahnya memerintah dari 1942 hingga 1961.
Setelah ayahnya meninggal, saudara laki-laki Pangeran Khalifa, Sheikh Isa bin Salman Al-Khalifa, mengambil alih kekuasaan pada 1961 dan menjabat sebagai raja ketika Bahrain memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1971. Di bawah pengaturan informal, Sheikh Isa menangani tugas diplomasi dan seremonial pulau itu sementara Pangeran Khalifa menjalankan pemerintahan dan ekonomi.
Diketahui, kekuasaan dan kekayaan Pangeran Khalifa ada di berbagai wilayah di negara tersebut. Bahkan, ia juga memiliki pulau pribadi tempat, lengkap dengan marina dan taman yang memiliki berbagai satwa, seperti burung merak dan rusa di pekarangannya.
Atas meninggalnya PM terlama itu, Pengadilan Kerajaan Bahrain mengumumkan pekan berkabung resmi. Hal itu disusul dengan pemakaman yang dilakukan setelah jasadnya dikembalikan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
