Jumat 13 Nov 2020 07:27 WIB

Dua dari 12 Ponpes di Kabupaten Bandung Positif Covid-19

Puskesmas telah melakukan screening dan hasilnya menemukan santri positif Covid-19

Rep: Hartifiany Praisra / Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi salah satu pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi salah satu pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 104 santri di dua pondok pesantren Kabupaten Bandung terjangkit virus corona. Santri yang terpapar tersebut berdasarkan hasil tes yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung setelah mendapat laporan ada santri yang kehilangan indra penciumannya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Grace Mediana mengakui sejauh ini telah melakukan pemeriksaan pada 12 pondok pesantran. Dari sini ketahuan siswa ponpes yang akhirnya terkontaminasi oleh Covid-19. "Sebetulnya, kami sudah mendapat kabar bahwa santri kehilangan Indera penciumannya dan tidak ada bergenajalan jadi dilakukan tindak lanjut dengan melakukan swab PCR," kata Grace, Kamis (12/11).

Dia pun menugaskan Puskesmas untuk melakukan screening dan hasilnya menemukan santri yang positif terjangkit Covid-19. Dinkes pun memberikan informasi pada pondok pesantren untuk melakukan isolasi mandiri.

"Alhamdulillah yang di pondok pesantren tersebut pengelolanya kooperatif dan bekerja sama dengan baik. Tentunya kami bersyukur dan semoga ini menjadi contoh ponpes lain untuk dapat membuka dan membolehkan testing tersebut karena ini salah satu percepatan mata rantai Covid-19," tegas Grace.

Grace mengakui pondok pesantren rentan terhadap paparan Covid-19. Santri memang harus diam di tempat yang ramai dengan orang dan juga melakukan aktivitas di tempat ramai.

Di sisi lain, Grace mengakui karakter ponpes yang memiliki jumlah santri yang banyak. Dia mengakui sejauh ini santri bisa menjalankan protokol kesehatan."Kalau santri yang besar jumlahnya sudah lakukan dan Alhamulillah tidak ditemukan, bukan berarti tidak boleh melakukan aktivitas tapi sejauh apapun menjalankan protokol kesehatan, Insya Allah,"katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement