Sabtu 14 Nov 2020 00:35 WIB

Menelusuri Kuliner Falafel Mesir

Orang Mesir menganggap serius falafel.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Falafel
Foto: Middle east eye
Falafel

IHRAM.CO.ID, KAIRO – Kuliner Falafel yang terbuat dari kacang-kacangan merupakan salah satu makanan khas Mesir. Namun demikian para ahli sejarah pun saling beradu argumentasi mengenai latar belakang historisnya, termasuk salah satunya adalah bahwa Falafel bukan hanya makanan yang identik dengan Mesir.

Orang Mesir menganggap serius falafel. Mungkin karena versinya yang dikenal secara lokal sebagai taameya, tidak seperti falafel yang lain. Di Mesir, buncis yang sangat identik dengan falafel justru dibuang dan kacang fava adalah bahan utamanya. Kemudian bahan dicampur bawang bombay dan bawang putih. Falafel Mesir juga mencampurkan banyak bahan segar seperti peterseli, ketumbar dan bahkan daun bawang, yang semuanya digabungkan untuk memberikan camilan populer yang lebih ringan dan lebih aromatik.

Meskipun dipuji oleh tokoh-tokoh seperti antropolog kuliner kelahiran Mesir Claudia Roden sebagai yang terbaik di dunia, falafel Mesir sebagian besar tidak diketahui. Moustafa El Refaey adalah kepala koki di Zooba, salah satu jaringan restoran paling disukai di Kairo, yang menjual makanan jalanan Mesir berkualitas tinggi.

"Rempah yang kami gunakan membuatnya lebih kaya," katanya.

Dia menjelaskan bahwa tidak banyak herbal di falafel Suriah atau Lebanon. Jika seseorang membukanya, kata dia, maka akan terlihat falafel berwarna keemasan dan terang, sedangkan falafel Mesir berwarna hijau.

"Falafel Suriah cukup kering dan padat, dibandingkan dengan falafel Mesir yang lebih pulen. Mungkin karena saya orang Mesir, menurut saya falafel kami memiliki lebih banyak rasa,” kata dia.

Perdebatan tentang asal muasal falafel dan siapa yang dapat mengklaim penguasaan resepnya telah berkecamuk di bagian dunia ini selama bertahun-tahun. Suriah, Lebanon, Mesir, dan Palestina telah mengajukan klaim mereka. Bahkan beberapa orang akan mengatakan falafel sebagai identitas negaranya.

Meski demikian, banyak sejarawan mulai menempatkan Mesir sebagai tempat kelahiran camilan kaya protein ini. Dalam buku Falafel Nation: Cuisine and the Making of National Identity in Israel, profesor studi makanan Universitas New York Yael Raviv menulis bahwa asal-usul Falafel telah dilacak ke Kristen Koptik Mesir, yang tidak diizinkan makan daging selama hari libur tertentu, terutama Prapaskah. Taameya disajikan sebagai pengganti daging.

"Saat hidangan itu kemudian menyebar ke daerah lain di Timur Tengah, kacang fava terkadang diganti dengan buncis,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement