Senin 16 Nov 2020 11:34 WIB

Intelijen gagalkan upaya pembunuhan PM Armenia

Mantan Kepala Badan Intelejen ditangkap atas tuduhan upaya Perdana Menteri Armenia

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan
Foto: Anadolu Agency
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan

IHRAM.CO.ID, YEREVAN, Armenia -- Intelijen Armenia pada Ahad lalu menyatakan telah mencegah percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.

Intelijen melakukan pencarian rumah seorang tersangka anti-pemerintah di wilayah Syunik, Armenia selatan, dan menemukan banyak senjata, amunisi dan bahan peledak yang dibawa dari zona konflik di Nagorno-Karabakh, kata Badan Keamanan Nasional Armenia dalam sebuah pernyataan.

"Kejahatan serius ini dibongkar dan dicegah oleh Badan Keamanan Nasional," demikian pernyataan itu, menambahkan bahwa tersangka telah bersepakat dengan politisi di Armenia dan Nagorno-Karabakh untuk membunuh Pashinyan dan merebut kekuasaan dengan menggunakan senjata.

Para pemimpin dan anggota partai oposisi serta seorang komandan unit relawan ditahan karena diduga memiliki hubungan langsung dengan insiden tersebut.

Sementara itu, Artur Vanetsyan, mantan kepala intelijen Armenia dan ketua Partai Tanah Air, ditahan dengan tuduhan mempersiapkan pembunuhan Pashinyan dan merebut kekuasaan.

Warga Armenia menggelar protes karena menilai Pashinyan menerima kekalahan melawan Azerbaijan.

Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia itu telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.

Bentrokan baru meletus pada 27 September dan tentara Armenia melanjutkan serangannya terhadap pasukan sipil dan tentara Azerbaijan. Armenia bahkan melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama 44 hari.

Baku membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia selama ini.

Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement