Senin 16 Nov 2020 23:27 WIB

Kisah Hikmah 3 Sufi Terkemuka: Belalang Hingga Musibah

Banyak kisah hikmah yang diriwayatkan dari para sufi terkemuka

Banyak kisah hikmah yang diriwayatkan dari para sufi terkemuka. Tokoh sufi berdoa (Ilustrasi)
Foto: Republika
Banyak kisah hikmah yang diriwayatkan dari para sufi terkemuka. Tokoh sufi berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Banyak terdapat kisah-kisah penuh hikmah dan pelajaran berharga yang diriwayatkan dari para sufi terdahulu. 

Republika.co.id, mengumpulkan kisah hikmah tiga sufi terkemuka yang bisa dijadikan sebagai pelajaran, yaitu sebagai berikut:   

Baca Juga

Kebun Belalang Rabiah Al-Adawiyah 

Suatu waktu Rabiah al-Adawiyah singgah di sebuah kebun yang penuh dengan ratusan belalang. Dikisahkan, ketika melihat belalang-belalang itu, sufi besar ini berkata: ''Ya Allah, kalau Kau berkenan, berilah makan musuh-musuh-Mu dengan itu. Dan bila Kau berkehendak, beri makan pula para wali-Mu (kekasih-Mu) dengan itu! Rezekiku ada pada-Mu.'' Setelah Rabi'ah berkata begitu, tiada seekor belalang pun hingga di sekitar kebun itu.

 

Mereka beterbangan. Dan Rabi'ah Adawiyah sholat sehari semalam ratusan rakaat. Ia pernah berkata: ''Aku heran, mengapa mata bisa terpejam padahal aku tahu betapa lamanya tidur di alam kubur.'' 

Meminta atau Tidak

Dzunnun al-Mishri bercerita, ''Ketika aku tengah duduk beristirahat, dekat seorang lelaki di kota Makkah, datanglah seseorang mendekatinya dengan membawa bungkusan berisi uang.'' Kepada pembawa bungkusan itu ia berkata: ''Tidak, aku tidak membutuhkannya.'' Sekitar waktu isya', kulihat lelaki itu berada di dekat sebuah bukit, meminta sesuatu dari orang itu. Maka aku pun menghampiri dan berkata: ''Mengapa engkau kini meminta sesuatu yang tadi siang tak kau butuhkan? Alangkah baiknya sekiranya engkau tinggalkan perbuatan semacam itu!'' ''Aku tak tahu tadi bahwa aku masih bisa hidup sampai detik ini.'' Katanya menanggapiku.

Musibah Allah

Syuraikh bertutur, 'musibah-musibah yang menimpa adalah musibah ringan, kecuali musibah yang menimba agamaku (imanku). Itulah musibah yang paling besar.' ''Oleh karena itulah, aku memuji Allah dan bersyukur pada-Nya karena pada saat aku tertimba musibah tersebut, aku dianugerahi kesabaran lahir batin, dan aku masih sempat dikaruniai hidayah untuk mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un sambil mengharapkan pahala.'' 

Dan Abu Ishak berkomentar, 'seorang yang diuji Allah dengan suatu musibah, barangkali dengan itu Allah menyelamatkannya dari petaka yang lebih besar. Maka musibah tersebut merupakan sebesar-besar pemberian dan nikmat.' 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement