Selasa 17 Nov 2020 07:11 WIB

62 Tempat Bersejarah di Aceh Jadi Situs Cagar Budaya

Ada beberapa lokasi bersejarah lain di Aceh yang belum ditetapkan jadi cagar budaya.

Objek wisata peninggalan sejarah Benteng Iskandar Muda di Desa Brandeh Krueng Raya Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Benteng berbentuk segi empat dipinggir laut selat malaka itu dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada Abad 16 untuk melindungi wilayah kekuasaannya dari serangan Belanda dan Portugis.
Foto: ANTARA
Objek wisata peninggalan sejarah Benteng Iskandar Muda di Desa Brandeh Krueng Raya Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Benteng berbentuk segi empat dipinggir laut selat malaka itu dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada Abad 16 untuk melindungi wilayah kekuasaannya dari serangan Belanda dan Portugis.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah menetapkan 62 tempat bersejarah di Provinsi Aceh sebagai situs cagar budaya yang harus dilestarikan. Lokasinya tersebar di seluruh kabupaten/kota di Aceh.

"Sekitar 62 lokasi bersejarah yang sudah ditetapkan situs cagar budaya dan sejauh ini masih ada beberapa lokasi lain yang belum ditetapkan," kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh Nurmatias, di Banda Aceh, Senin.

Baca Juga

Berdasarkan data BPCB Aceh, berikut tempat bersejarah di Aceh yang telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya:

Untuk wilayah Kota Banda Aceh ada kompleks makam kandang Meuh, makam raja-raja dinasti Bugis, makam kandang XII, makam Raja Jalil, makam Poteumeureuhom, makam Syiah Kuala, dan makam Tgk Di Blang Oi.

Di Kabupaten Aceh Besar ada kompleks makam Meurah I, Meurah II, dan Meurah III, makam Raja-raja Darul Kamal, makam Maharajalela, kompleks masjid Bung Sidom, bangunan masjid dan benteng Indrapuri, Masjid Tengku Fakinah, Benteng Indrapatra, Benteng Inong Bale, Benteng Iskandar Muda, Benteng Kuta Lubok serta Benteng Gunung Biram.

Di Kota Sabang ada kompleks bangunan Benteng Batterei A, makam Muhammad Daud Syah, dan Benteng Anoe Itam.

Di Kabupaten Pidie ada kompleks makam Putro Balee, makam Sultan Ma’ruf Syah, makam Awe Geutah, bangunan masjid Poteumereuhom, makam Putri Sani, makam Daeng Mansyur, dan Masjid Tgk Daud Beureueh.

Di Kabupaten Pidie Jaya terdapat bangunan Masjid Madinah dan Masjid Tgk Pucok Krueng.

Di Kabupaten Bireuen hanya dua lokasi, yakni Makam Tun Srilanang dan Masjid Tuha Bugeng.

Di Kabupaten Aceh Tengah ada situs Loyang Ujung Karang, bangunan masjid Tua Kebayakan, Masjid Baiturrahim, rumah adat Toweren, dan Loyang Mendale.

Di Kabupaten Aceh Utara ada situs Cot Tgk Sidi Abdullah, makam Malikussaleh/Malikudhahir, makam Sultanah Nahrisyah, makam Sultanah Nahrisyah, makam Sidi Abdullah, makam Perdana Menteri Muhammad Yakob, makam Batee Balee, rumah Cut Meutia, makam Tajul Muluk, makam Raja Muhammad, makam raja Kanayan, makam Naina Hisamuddin, dan makam Said Syarif.

Di Kabupaten Aceh Timur ada makam Tengku Chik Peureulak, masjid Kuta Tualang, dan makam Sultan Ahmad Syah.

Di Kabupaten Aceh Tamiang hanya satu tempat bersejarah yang sudah ditetapkan, yakni situs Bukit Kerang di Desa masjid sungai Iyu, Kecamatan Bendahara.

Di Kabupaten Aceh Jaya juga satu lokasi, yaitu komplek makam Meureuhom Daya, di Desa Glenjong, Kecamatan Jaya.

Di Kabupaten Aceh Barat ada masjid Gunung Klieng dan masjid Mugo di Desa Mugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu.

Di Kabupaten Nagan Raya terdapat masjid Tengku Di Kila, Desa Kila, KecKecamatan Senagan Timur.

Terakhir di Kabupaten Aceh Selatan, yaitu situs komplek makam raja-raja Trumon, di Desa Keude Trumon, Kec. Trumon. Sejauh ini, menurut Nurmatias, masih ada lokasi bersejarah lainnya di Aceh yang belum ditetapkan serta penunjukan penjaganya.

"Masih ada situs yang belum ditetapkan dan tidak ada juru peliharanya," ujar Nurmatias.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement