Rabu 18 Nov 2020 18:03 WIB

Muslim Pro Bantah Jual Data Pengguna ke Amerika Serikat  

Muslim Pro memastikan data penggunanya dijamin aman

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim Pro memastikan data penggunanya dijamin aman. Aplikasi Muslim Pro.
Foto: Tangkapan Layar
Muslim Pro memastikan data penggunanya dijamin aman. Aplikasi Muslim Pro.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA— Pengembang aplikasi smartphone Islami yang berbasis di Singapura, Muslim Pro, membantah tuduhan menjual data pribadi penggunanya ke militer Amerika Serikat.

Menurut laporan Vice pada Senin, militer Amerika Serikat membeli informasi pribadi yang dikumpulkan dari aplikasi di seluruh dunia, termasuk Muslim Pro, yang diunduh lebih dari 98 juta kali di seluruh dunia. Data yang dilaporkan dibeli termasuk informasi lokasi serta nama jaringan Wi-Fi yang terhubung dengan pengguna.

Baca Juga

“Ini tidak benar dan tidak benar. Perlindungan dan penghormatan privasi pengguna kami adalah prioritas utama Muslim Pro, "kata Nona Zahariah Jupary, Ketua Komunitas Muslim Pro yang dikutip di 5 Pillars UK, Rabu (18/11).

"Sebagai salah satu aplikasi Muslim paling terpercaya selama 10 tahun terakhir, kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data yang paling ketat, dan tidak pernah memberikan informasi identitas pribadi apapun," ujarnya menambahkan.  

Dia mengatakan, pengembang aplikasi telah meluncurkan penyelidikan internal dan sedang meninjau kebijakan tata kelola datanya untuk mengonfirmasi bahwa semua data pengguna ditangani dengan benar.

Zahariah mengatakan bahwa Muslim Pro telah mulai bekerja sama dengan X-Mode empat pekan lalu, tetapi sejak itu menghentikan kerja sama apa pun dengan perusahaan dan "partner data" lainnya.

Di sisi lain, Vice melaporkan bahwa militer Amerika Serikat membeli data Muslim Pro melalui broker data pihak ketiga yang disebut X-Mode. Dewan Agama Islam Singapura (Muis) mengatakan, "Kami mendorong komunitas Muslim untuk berhati-hati saat menggunakan aplikasi tersebut."  

"Berhati-hati tentang informasi identitas pribadi yang kemungkinan mereka ungkapkan, syarat dan ketentuan khusus yang menyertai penggunaan aplikasi, dan konten yang disediakan aplikasi tersebut," sambung MUIS dalam pernyataannya.  Muslim Pro diketahui didirikan seorang non-Muslim Perancis, Erwan Macé, yang tinggal di Singapura.

Sumber: https://5pillarsuk.com/2020/11/17/muslim-pro-cuts-ties-with-data-broker-after-u-s-military-revelations/ 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement