Jumat 20 Nov 2020 17:33 WIB

Indonesia Tetap Tujuan Teratas Ekonomi Syariah

Meski mengalami penurunan, Indonesia masih jadi tujuan teratas ekonomi syariah

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Eekonomi syariah. (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Eekonomi syariah. (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Investasi dalam ekonomi Islam dilaporkan menurun 13 persen menjadi 11,8 miliar dolar dari Agustus 2019 hingga Juli 2020 dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2018-2019. Menurut laporan State of the Global Islamic Economy 2020/2021 dari DinarStandard, penurunan itu sebagian besar disebabkan oleh penurunan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Perusahaan penasihat dan penelitian strategi pertumbuhan itu mengatakan, tahun 2020 dimulai dengan catatan optimis, dengan inflasi rendah, pengangguran rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Namun, Covid-19 mulai menyebar menjelang akhir Januari. Kala itu, dampak pandemi tidak sepenuhnya terasa hingga kuartal kedua. Hal itu dapat dilihat dari volume kesepakatan M&A global hampir setengahnya pada kuartal kedua atau turun dari 4.308 transaksi menjadi 2.630.

Makanan halal menarik investasi tertinggi dalam ekonomi Islam, diikuti oleh keuangan Islam, perjalanan, farmasi halal, kosmetik halal, media, dan mode Islami (sopan). Sebagian besar investasi di tujuh sektor itu adalah merger dan akuisisi.

"Dengan 11,8 miliar dolar, investasi di sektor ekonomi Islam hanyalah 0,3 persen dari total M&A global, ekuitas swasta, dan investasi modal ventura dalam konsumen, layanan keuangan, media, kemewahan, dan farmasi, diperkirakan mencapai 3,4 triliun dolar. Padahal ekonomi Islam berkontribusi lebih dari 15 persen dari PDB dunia dalam bentuk PPP," kata DinarStandard, dilansir di Salaam Gateway, Jumat(20/11).

Sementara itu, lima negara teratas dalam hal jumlah kesepakatan investasi tetap sama seperti 2018-2019. Di sini, Indonesia menjadi tujuan utama (teratas) investasi dalam ekonomi syariah.

"Indonesia berada di peringkat teratas dari semua negara dengan 38 transaksi, dengan hampir 25 persen dari semua transaksi yang tercatat, lebih tinggi dari 21 persen yang diadakan tahun lalu. Malaysia di urutan kedua, diikuti oleh Uni Emirat Arab, Mesir, dan Kuwait," kata laporan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement