Selasa 24 Nov 2020 11:54 WIB

Janet Yellen, dari The Fed Jadi Menkeu Perempuan Pertama AS

Joe Biden dilaporkan menunjuk Janet Yellen untuk menjadi menteri keuangan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Janet Yellen
Foto: VOA
Janet Yellen

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan memiliki menteri keuangan (menkeu) perempuan pertama dalam sejarah setelah presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden dikonfirmasi telah menunjuk Janet Yellen untuk memimpin Departemen Keuangan negara. Proses transisi dari Pemerintahan Donald Trump ke Biden akan segera terlaksana dan Biden telah menunjuk beberapa pejabat.

Pekan lalu, Biden mengatakan bahwa dia telah memutuskan pilihannya untuk jabatan menteri keuangan. Biden akan mengumumkan secara terbuka sebelum atau setelah liburan Thanksgiving.

Baca Juga

Pada Senin sore, penasihat Biden Jen Psaki menulis di Twitter tentang penunjukan pejabat keuangan. "Presiden terpilih berharap untuk mengumumkan beberapa anggota tim ekonominya awal pekan depan yang akan bekerja dengannya untuk membangun ekonomi kembali lebih baik," ujarnya dikutip laman Washington Post, Selasa (24/11).

Dilansir BBC, Yellen sebagai ekonom berusia 74 tahun sebelumnya menjabat sebagai kepala bank sentral Amerika. Dia juga pernah menjabat sebagai penasihat ekonomi teratas untuk mantan Presiden Bill Clinton.

Dia membantu mengarahkan pemulihan ekonomi setelah krisis keuangan 2007 dan resesi berikutnya. Sebagai ketua Federal Reserve AS, Yellen dikenal karena lebih memusatkan perhatian pada dampak kebijakan bank terhadap pekerja dan biaya meningkatnya ketidaksetaraan di Amerika.

Donald Trump menentang tradisi Washington ketika dia memilih untuk tidak menunjuk Yellen untuk masa jabatan empat tahun kedua di The Fed. Dimulai dengan Bill Clinton pada 1990-an, presiden tetap menggunakan pemimpin bank yang ditunjuk oleh pendahulunya dalam upaya untuk menghilangkan politisasi bank.

Sejak meninggalkan bank pada 2018, Yellen telah berbicara tentang perubahan iklim dan perlunya Washington berbuat lebih banyak untuk melindungi ekonomi AS dari dampak pandemi virus corona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement