Rabu 25 Nov 2020 07:30 WIB

PBB Khawatirkan Banyaknya Militer di Sekitar Tigray

PBB khawatir dengan banyaknya tank dan artileri di sekitar Mekelle, ibu kota Tigray

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Gambar yang dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia berkumpul di jalan di daerah dekat perbatasan wilayah Tigray dan Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu
Foto: AP/Ethiopian News Agency
Gambar yang dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia berkumpul di jalan di daerah dekat perbatasan wilayah Tigray dan Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB (OHCHR) mengungkapkan kekhawatiran mereka dengan laporan banyaknya tank dan artileri yang ditempatkan di sekitar Mekelle, ibu kota Tigray setelah pemerintah Ethiopia memperingatkan wilayah itu untuk segera menyerah.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet meminta kedua belah pihak memberi 'perintah yang jelas dan tak membingungkan' pada pasukan mereka untuk menyelamatkan nyawa warga sipil. Hal ini sesuai dengan hukum internasional.

Baca Juga

"Khawatir dengan laporan penumpukan besar tank-tank dan artileri di sekitar Mekelle, ibu kota Provinsi Tigray, setelah pemerintah mengeluarkan ultimatum 72 jam," kata Bachelet dalam pernyataan yang dibacakan juru bicara OHCHR Ravina Shamdasani, Selasa (24/11).

Shamdasani menambahkan retorika semacam itu menunjukan pelanggaran hukum internasional. Ia mengatakan perwira militer Ethiopia sudah mengatakan mereka tidak akan menunjukkan belas kasih.

"Kami telah melihat kolonel Ethiopia keluar dan mengatakan tidak ada ampun. Di sisi lain Anda memiliki pemimpin TPLF (Tigray People’s Liberation Front) yang mengatakan mereka siap mati. Retorika semacam ini sangat mencemaskan dan mungkin memprovokasi atau mengarah pada pelanggaran hukum humanitarian internasional," kata Shamdasani.

Pasukan Tigraya mengatakan mereka menghancurkan divisi angkatan darat Ethiopia yang mengendalikan utara wilayah tersebut dalam pertempuran yang sudah berlangsung selama tiga pekan dan menewaskan ratusan orang. Jika pasukan TPLF memosisikan diri di belakang warga sipil, hal ini tidak berarti memberi pasukan Ethiopia 'carte blanche' atau blanko kosong untuk menembakan artileri ke wilayah padat penduduk.

Juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi Babar Baloch  mengatakan sejak konflik pecah 4 November lalu sudah sekitar 40 ribu orang terpaksa mengungsi ke negara tetangga Sudan. Termasuk 5.000 orang lebih yang melarikan diri dari Tigray pekan ini.

Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB Jens Laerke mengatakan mungkin ada pemindahan paksa 'skala besar' di Tigray. Ia menambahkan sekitar 200 pekerja kemanusiaan yang 'terjebak' di Mekelle.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement