Rabu 25 Nov 2020 15:30 WIB

Tren Wisata Domestik Diproyeksi Melonjak Mulai 2021

Pada 2021 masyarakat masih akan cenderung memilih destinasi wisata domestik

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Wisatawan berlibur pada liburan panjang Hari Maulid Nabi Muhammad SAW di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (30/10/2020). Obyek wisata terpopuler di Bali tersebut kembali ramai dikunjungi wisatawan yang sebagian besar turis domestik setelah sempat sepi kunjungan akibat terdampak pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Wisatawan berlibur pada liburan panjang Hari Maulid Nabi Muhammad SAW di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (30/10/2020). Obyek wisata terpopuler di Bali tersebut kembali ramai dikunjungi wisatawan yang sebagian besar turis domestik setelah sempat sepi kunjungan akibat terdampak pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksi, tren wisata domestik dan wisata alam akan mengalami lonjakan pada 2021.

Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, Wawan Rusiawan, menjelaskan pada 2021 masyarakat masih akan cenderung memilih destinasi wisata domestik dibandingkan wisata luar negeri. Tak hanya itu, masyarakat pun akan cenderung memilih wisata alam untuk tujuan destinasi wisatanya.

"Tren wisata di masa Covid-19 yang dapat dikatakan masih berlangsung pada 2021, yang pertama adalah masyarakat masih memilih tujuan wisata domestik. Kemudian juga kita lihat wisata alam menjadi populer," kata Wawan dalam pernyataan resmi Kemenparekraf, diterima Republika.co.id, Rabu (25/11).

Wawan menjelaskan, Kemenparekraf akan memberikan fokus dominan untuk membenahi destinasi wisata domestik khususnya wisata alam. Sebab wisata alam dipastikan  menjadi primadona di tahun 2021 hingga pascapandemi nanti.

“Kemenparekraf tentu harus memberikan fokus yang lebih dominan yang bisa membenahi destinasi-destinasi wisata alam, kita ke depan harus mencari cara-cara baru bagaimana pariwisata di Indonesia bisa lebih menarik dan berkembang,” katanya.

Dalam masa pandemi saat ini, prioritas wisatawan pun bergeser pada prioritas protokol kesehatan CHSE (cleanliness, health, safety, dan environmental sustainability). Keempat hal itu menjadi faktor penting dalam proses pengambilan keputusan memilih destinasi yang bakal dikunjungi wisatawan.

Wawan pun menegaskan, pelaksanaan protokol kesehatan berbasis CHSE ini menjadi sebuah hal yang penting bagi pemerintah maupun masyarakat.

Sementara itu, Head of Strategic Partnership Traveloka Accommodation, Louis Alfonso, mengatakan, pada masa pandemi Covid-19, wisatawan cenderung lebih mementingkan destinasi wisata dengan standar protokol kesehatan dibandingkan promo yang disediakan oleh para pelaku usaha parekraf. "Masyarakat sangat mementingkan kebersihan dan kesehatan untuk berwisata di masa pandemi Covid-19, diskon nomor dua," ujar Louis.

Lebih lanjut, Louis mengatakan, berdasarkan data riwayat pencarian di Traveloka, sudah terlihat adanya peningkatan animo masyarakat untuk berlibur pada akhir tahun hingga awal 2021.

Ia menuturkan, dengan data yang terekam oleh Traveloka, terlihat ada sinyal positif yang  diharapkan akan didukung dengan mulai tersedianya vaksin yang sudah diproduksi secara massal. Adanya vaksi, kata dia, akan sangat membantu kinerja pariwisata di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, Agustini Rahayu, mengatakan Kemenparekraf telah bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait untuk melakukan sertifikasi dan verifikasi para pelaku parekraf untuk mengimplementasikan protokol kesehatan berbasis CHSE.

"Protokol kesehatan ini perlu diterapkan bersinergi dengan aktivitas di semua sektor kehidupan terutama di pariwisata dan ekonomi kreatif, jadi semua harus paralel berjalan, kuncinya harus ada komitmen bersama untuk menjaga protokol kesehatan secara disiplin," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement