Rabu 25 Nov 2020 21:42 WIB

Perbincangan Budaya di Ruang Makan Hotel Jamaah Haji Khusus

Kenangan melihat budaya jamaah haji plus di tanah suci

Koki menyediakan makanan di sebuah Hotel Makkah.
Foto: Pinterst.com
Koki menyediakan makanan di sebuah Hotel Makkah.

IHRAM.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Moh As'adi, Jurnalis Senior Republika.

Usai subuh di masjid, aku bersama isteriku bergegas menuju hotel untuk makan pagi. Setelah berjalan melintasi mall mewah di lantai bawah hotel, kami langsung menuju ruang makan. Sementara ribuan jamaah haji memenuhi mall-mall di sekitar hotel. Mereka berbelanja apa saja.

Di mall-mall sekitar Masjidil Haram ini, ternyata jamaah asal Indonesia dan Malaysia menjadi icaran pedagang. Jamaah Indonesia terkenal boros belanja. Tidak hanya rombongan haji khusus, namun rombongan jamaah haji regular pun menjadikan mall-mall itu sebagai tempat favorit untuk berbelanja.

Meski berangkat dengan haji khusus (plus) , kami berdua memang tak memiliki bekal cukup untuk berbelanja, sehingga setiap usai subuh langsung ke ruang makan. Kalaupun jalan-jalan keliling mall, hanya sekedar melihat-lihat saja, sambil mencari kalau ada souvenir untuk anak perempuan kami.

Setiap jam makan, resto di hotel tempat kami menginap selalu penuh, sebab tidak hanya rombongan kami yang makan di tempat itu. Selain rombongan haji plus asal Indonesia, juga dari berbagai negara.

Makanan yang tersedia benar-benar kami rasakan sangat mewah. Ada berbagai macam salat, roti, aneka buah-buahan, jus, puding serta sederetan menu yang aku tidak tahu namanya.

Selain itu, juga tersedia menu makanan utama seperti nasi, masakan daging unta, kambing atau sapi, kadang daging ayam, atau ikan air tawar.

Apa yang kami lihat dan kami nikmati, sejak dari fasilitas hotel hingga soal makan, selama di Makkah benar-benar luar biasa. Apalagi di rumah, kami punya kebiasaan hidup apa adanya, terlebih lagi soal makan.

Karena kesibukan isteriku, acapkali kami tidak memasak, – yang penting ada nasinya. Soal lauk, kalau adanya tahu ya tahu, tempe ya tempe . Bahkan acapkali hanya pakai telur goreng dan sambal kecap, atau hanya dua tiga potong ikan asin.

Kami memasak ikan atau daging hanya sesekali, terutama jika anak-anak liburan dan berada di rumah- Selebihnya, kami menikmati dan mensukuri apa yang ada di hadapan kami. Alhamdulillah, apapun yang kami makan, tak mengurangi kenikmatan hidup kami.Sambil memandangi orang-orang yang tengah sibuk memilih aneka makanan, diam-diam kami mengamati satu

persatu jamaah haji berduit ini. Beberapa di antaranya, sempat membuat kami mengelus dada. Banyak di antara mereka mengambil semua makanan yang ada di restoran.

Mula-mula mengambil sepiring nasi lengkap dengan daging onta, daging kambing dan daging ayam, juga sup. Namun baru setengahnya dimakan, ditinggal begitu saja, dan mengambil lagi beberapa macam roti yang diletakkan dalam satu piring. Lagi-lagi tidak dihabiskan, dan mengambil lagi buah-buahan cukup banyak, tidak dihabiskan lagi.

Tidak hanya sampai disitu, tapi masih mengambil lagi puding dan segelas jus. Tidak dihabiskan lagi, bahkan ia begitu saja meninggalkan mejanya yang penuh sesak sisa-sisa makanan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement