Rabu 25 Nov 2020 23:17 WIB

Kajian Timur Tengah dan Islam, Bagaimana Prospeknya?

Kajian Timur Tengah dan Islam masih perlu ditingkatkan

Kajian Timur Tengah dan Islam masih perlu ditingkatkan Ilustrasi
Foto: AP/Cliff Owen
Kajian Timur Tengah dan Islam masih perlu ditingkatkan Ilustrasi

Oleh : Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Syihabuddin Qalyubi, Lc M Ag

REPUBLIKA.CO.ID, Kajian Timur Tengah adalah nama kolektif untuk studi akademis yang berkaitan dengan studi budaya, politik, ekonomi, dan geografi di Timur Tengah. Ini adalah subkelompok studi Asia. Terkadang studi tersebut digabungkan dan diajarkan dengan studi Islam. Studi Timur Tengah terkadang dibagi menjadi studi Arab, studi Iran, studi Turki, dan studi Ibrani.  

Bagi Indonesia, Timur Tengah adalah kawasan yang penting baik dari sisi kesamaan agama mayoritas penduduknya, pertumbuhan dan kerja sama ekonomi, kerja sama pendidikan, potensi pariwisata, maupun kerja sama di berbagai bidang yang lain. Indonesia memiliki kepentingan yang riil terhadap kawasan itu.   

Kawasan ini belakangan juga menjadi perhatian masyarakat dunia-termasuk Indonesia- terutama akibat rangkaian pergolakan yang hampir tiada henti yang membawa pengaruh signifikan terutama terhadap dunia Islam termasuk Indonesia. Kajian tentang kawasan tersebut adalah kebutuhan nyata bagi bangsa Indonesia. Namun, kajian mengenai masalah itu di Tanah Air masih sangat terbatas.  

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga telah membuka Program Doktor Kajian Timur Tengah dan beberapa tahun sebelumnya telah dibuka pula Program Magisternya. Pada semester ini akan diadakan serial Seminar/ Webminar dengan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Untuk webminar perdana (Kamis/ 26 November 2020) Ustads Ahmad Rofi Usmani, akan menyampaikan tema: Perubahan Pemikiran & Politik di Timur Tengah: Tumbuh Kembang Wahhabisme & Kerajaan Arab Saudi 1774-2020. 

Ahmad Rofi’ Usmani lahir di Cepu, Jawa Tengah, 26 Januari 1953. Alumni dan mantan pengurus Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta (1973-1974) ini menyelesaikan program S-1 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada 1977. Selepas itu, pada 1978, dia diterima di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.  

Selama sekitar enam tahun di Mesir, mantan Ketua Lembaga Penelitian Ilmiah Persatuan Pelajar Indonesia di Mesir (1981-1983) ini juga pernah masuk program pascasarjana di bidang sejarah dan kebudayaan Islam di Fakultas Dar Al-‘Ulum, Universitas Kairo, Kairo, Mesir. Karena kecintaannya kepada bidang Sejarah Islam, ia sempat menjadi asisten Prof Dr Ahmad Syalabi (guru besar sejarah Universitas Cairo). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement