Kamis 26 Nov 2020 19:36 WIB

Guguran Material Lama Merapi Masih di Hulu Sungai

Guguran material Merapi ini meningkat sejak 19 November lalu.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andi Nur Aminah
Rambu-rambu kawasan bahaya Gunung Merapi terpasang di Balerante, Klaten, Jawa Tengah (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Rambu-rambu kawasan bahaya Gunung Merapi terpasang di Balerante, Klaten, Jawa Tengah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Material lama tebing lava Gunung Merapi mengalami guguran. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan, guguran ini masih berada di hulu sungai. Guguran material Merapi ini meningkat sejak 19 November lalu. 

Namun, guguran tersebut masih dalam jarak aman dan belum melebihi maksimal lima kilometer dari puncak Merapi. "Material lama yang jatuh ke arah sungai-sungai tapi masih di hulu," kata Hanik usai monitoring Gunung Merapi melalui udara, Kamis (26/11).

Baca Juga

Walaupun begitu, Hanik menyebut, potensi bahaya erupsi Merapi masih mengarah ke Kali Gendol. Hal ini dikarenakan bukaan kawah masih mengarah ke Kali Gendol. "Tapi, keguguran itu kan juga sudah banyak ke arah barat laut. Sehingga potensi itu juga ada," ujarnya.

Namun, pihaknya masih belum dapat menentukan secara pasti arah erupsi Merapi jika nantinya terjadi. Pihaknya terus memantau perkembangan aktivitas Merapi, terutama terkait volume kubah lava dan kecepatan pertumbuhan kubah lava."Itu nanti yang akan juga menentukan alur (erupsi Merapi) atau seberapa cepat aliran ke alur sungai," jelasnya.

Hingga saat ini, material baru Merapi masih belum terlihat. Hanik menuturkan, aktivitas Merapi memang tinggi tapi masih stabil.

"Pantauan kami, alur-alur sungai sudah sesuai, artinya masih dalam. Kalau pun ada potensi awan panas lari ke sungai, itu masih mencukupi," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement