Jumat 27 Nov 2020 15:20 WIB

Erick Thohir Ungkap Pentingnya Diferensiasi Destinasi Wisata

Erick membagi lima rencana aksi pada holding pariwisata dan pendukung.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pembangunan Perahu Cadik sebagai ikon Gerbang Klangon di Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta, Senin (16/11). Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pentingnya membangun value chain atau rantai nilai dalam holding pariwisata dan pendukung untuk mendukung percepatan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pembangunan Perahu Cadik sebagai ikon Gerbang Klangon di Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta, Senin (16/11). Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pentingnya membangun value chain atau rantai nilai dalam holding pariwisata dan pendukung untuk mendukung percepatan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pentingnya membangun value chain atau rantai nilai dalam holding pariwisata dan pendukung untuk mendukung percepatan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas. Erick menyampaikan persaingan dalam industri pariwisata dengan negara lain akan terus meningkat. Oleh karenanya, Erick telah menyusun rantai nilai bagi setiap BUMN yang berada pada holding pariwisata. 

"Karena pandemi dan persaingan pariwisata, kita perlu rencana, tidak bisa seperti dulu (sebelum pandemi)," ujar Erick saat rapat koordinasi nasional percepatan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas di Jakarta, Jumat (27/11).

Baca Juga

Erick membagi lima rencana aksi pada holding pariwisata dan pendukung. Dalam aspek initial engagement and planning, Erick menugaskan Hotel Indonesia Grup atau Inna dan Garuda Indonesia melakukan pemasaran produk melalui platform holding yang terinterasi dan kolaborasi dengan pihak lain dalamnl promosi dan distrubsi produk seperti menggandeng Traveloka, Expedia, hingga Instagram. 

"Kita juga eksplor dengan banyak pihak seperti Traveloka dan sudah mendapat dukungan Kemenparekraf, nanti semua kantor tourism destination luar negeri akan dihubungkan dengan kantor-kantor BUMN dan kedutaan," ucap Erick. 

Terkait destinasi, Erick membaginya dalam tiga aspek yang meliputi aksesibilitas, amenitas, dan atraksi.

Untuk aksesibilitas, Angkasa Pura (AP) I dan AP II mendapat tugas untuk mengembangkan infrastruktur bandara. Sementara Garuda Indonesia akan melakukan optimalisasi rute dan frekuensi penerbangan. Dari sisi amenitas, Erick mendorong Inna Grup dan ITDC berkolaborasi dengan pihak lain dalam mengembangkan amenitas yang sesuai dengan strategi, karakter, dan tema tiap destinasi. 

Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk swasta juga menjadi arahan Erick pada aspek atraksi. Erick mendorong PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (TWC), ITDC, dan Sarinah melakukan hal tersebut. Erick mengapresiasi kerja sama BUMN dengan Jawa Timur Park yang memiliki daya tarik untuk pasar wisatawan domestik. 

Erick juga ingin BUMN mendorong wisatawan mancanegara melakukan kunjungan kembali ke Indonesia. Oleh karena itu, dalam bagian //post journey//, Erick mendorong Garuda Indonesia dan Inna Grup berkolaborasi dengan pihak lain seperti Traveloka hingga Expedia dalam optimalisasi review sebagai feedback pengembangan kualitas produk dan jasa serta pertumbuhan wisatawan yang berkelanjutan. 

Erick juga menekankan pentingnya diferensiasi pada setiap pengembangan destinasi pariwisata super prioritas. Erick menyebut kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan menjadi destinasi untuk anak muda dan olahraga. Hal ini berbeda dengan pengembangan destinasi Tana Mori di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang didesain sebagai destinasi wisata premium. 

"Kalau tidak ada diferensiasi bukan sesuatu yang menarik, kita harap Labuan Bajo dengan destinasi premium menjadi sebuah target sendiri," lanjut Erick. 

Sementara destinasi Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, kata Erick, ditargetkan untuk wisatawan kelas menengah. Erick menilai Likupang juga memiliki potensi besar dalam meraih pasar wisatawan Cina lantaran jarak tempuh penerbangan Cina ke Likupang hanya sekitar tiga jam. 

Untuk Bali dan Danau Toba, Sumatera Utara, Erick ingin adanya peningkatan infrastuktur pada sisi bandara agar dapat lebih banyak menarik wisatawan dan mengurangi ketergantungan pada wisatawan dari negara tertentu. Erick berharap Bandara Kualanamu di Sumatera Utara dapat menjadi hub penerbangan India-Medan-Korea Selatan, sementara Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, mampu menjadi hub untuk rute Qatar-Bali-Australia. 

"Ini sesuai target Menteri Pariwisata yang tidak ingin terlalu banyak turis, tapi lebih ke turis yang berkualitas agar ada dampaknya bagi masyarakat," kata Erick. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement