Sabtu 28 Nov 2020 23:27 WIB

Pemuda Muslim Harus Paham Hakikat Dirinya

Membaca sejarah Nabi menjadi kewajiban bagi seorang dai, selain membaca Alquran.

Pengurus Pemuda Hidayatullah Pusat  mengadakan Upgrading Dai Muda dalam rangka Rakernas Pemuda Hidayatullah, Sabtu (28/11). Rakernas akan berlangsung sapai Ahad (29/11).
Foto: Dok Pemuda Hidayatullah
Pengurus Pemuda Hidayatullah Pusat mengadakan Upgrading Dai Muda dalam rangka Rakernas Pemuda Hidayatullah, Sabtu (28/11). Rakernas akan berlangsung sapai Ahad (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN -- Untuk meningkatkan ghiroh dan kemampuan  anggota dalam mengemban dakwah, pengurus Pemuda Hidayatullah Pusat  mengadakan Upgrading Dai Muda. Acara yang dikemas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas)  Pemuda Hidayatullah itu, menghadirkan Dzikrullah W Pramudya, kepala Departemen Hubungan Antar Bangsa (HAB) DPP Hidayatullah, sebagai pemateri.

Rakernas Pemuda Hidayatullah  dilaksanakan selama dua hari,  Sabtu dan Ahad (28-29 November, 2020). Rakernas tersebut dilaksanakan seara virtual. Hanya ketua pimpinan wilayah yang diundang ke Pesantren Hidayatullah Kebumen, Jawa Tengah, tempat pusat kegiatan Rakernas Pemuda Hidayatullah tahun 2020.

Dalam penyampaiannya, Dzikrullah memulai dengan menyetir surat ar-Rum, yang isi pokoknya mengabarkan akan kekalahan bangsa Romawi.“Dari surat ar-Rum ini, Allah ingin mengajarkan kepada kaum Muslimin, tentang konstalasi politik global. Bahwa Islam bukan semata urusannya kaum Quraisy. Bangsa Arab. Tapi peradaban dunia,” paparnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Untuk bisa tampil menguasai peradaban dunia, sambung Babe Dzikru, begitu spaan akrabnya, tidak ada langkah kecuali mengikuti jejak-jejak yang telah ditempuh oleh pemuda-pemuda saleh  terdahulu. Khususnya yang termaktub dalam Alquran, seperti pemuda Ibrahim, Ismail, dan tentu saja Muhammad SAW.

“Baca terus sejarah Nabi. Itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang dai, selain membaa Alquran. Terus diulang-ulang,” ujar Dzikrullah.

Selain itu, wartawan senior Suara Hidayatullah ini mengingatkan para peserta untuk terus mengasah niat dalam menjalankan tugas-tugas. “Sebab kalau keliru niat, bukan untuk menegakkan agama Allah, maka kerugian ganda akan didapatkan,” ujarnya.

Pertama, urainya, kerugian gagal mendapatkan keduniawian. Sebab lembaga dakwah bukanlah tempat mencari kekayaan duniawi. Dan yang kedua, tidak mendapatkan nilai apapun di sisi Allah.

“Kalau tujuannya mencari dunia, mending langsung saja terjun di dunia usaha bersama para pengusaha-pengusaha yang dipandang sukses secara keduniawian,” ujarnya.

Hal lain yang disampaikan Dzikrullah, pentingnya menyisir  para remaja sebagai target dakwah. Hal ini dilatari oleh beberapa sebab. Di antaranya; besarnya bonus demografi masyarakat Indonesia pada usia ini. Selanjutnya, kurang terbinanya kelompok ini secara kognisi tentang tanggung jawab sebagai pribadi dewasa/baligh yang telah masuk kategori mukallaf.

“Dari sekian banyak peserta (Rakernas), coba angkat tangan, siapa yang di awal baligh telah menyadari hakekat dirinya sebagai laki-laki yang memiliki kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab,” kata  Dzikrullah kepada para hadirin, yang dibalas dengan gelengan kepala.

Kondisi demikian ini terjadi, simpulnya, karena sistem pendidikan yang ada di Indonesia, belum mampu mengantarkan para remaja untuk menjadi pribadi-pribadi yang matang secara kepribadian dan memiliki sifat tanggung jawab.

“Poin ini menjadi masukan saya kepada pemuda Hidayatullah. Silakan didiskusikan dalam Rakernas ini, bila memang dianggap layak diangkat,” usulnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement