Ahad 29 Nov 2020 11:15 WIB

UNICEF Khawatirkan Dampak Pandemi bagi Anak

Pandemi global dan lockdown berpotensi ganggu kesehatan mental dan fisik jutaan anak

Rep: Rizky Surya/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah anak kecil bermain di dalam bangunan bekas penjara yang sekarang diubah menjadi sebuah kamp untuk orang-orang terlantar akibat pertempuran, di Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)
Foto: AP
Sejumlah anak kecil bermain di dalam bangunan bekas penjara yang sekarang diubah menjadi sebuah kamp untuk orang-orang terlantar akibat pertempuran, di Idlib, Suriah. (Foto AP / Felipe Dana)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Badan urusan anak-anak PBB (UNICEF) mengungkap pandemi global dan lockdown berpotensi mengganggu kesehatan mental dan fisik jutaan anak di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dalam survei terhadap lebih dari tujuh ribu rumah tangga di tujuh negara di kawasan yang mencakup 13 ribu anak, UNICEF menemukan lebih dari 90 persen responden percaya pandemi virus corona telah memengaruhi anak-anak mereka secara negatif.

Baca Juga

"Pembatasan dan penutupan sekolah berdampak parah pada rutinitas sehari-hari anak-anak, interaksi sosial mereka, dan akhirnya pada kesejahteraan mental mereka," kata Ted Chaiban selaku Direktur regional UNICEF di Timur Tengah dan Afrika Utara dilansir Arab News pada Ahad (29/11).

Laporan UNICEF menunjukkan lebih dari 50 persen responden percaya anak-anak mereka telah berjuang secara mental dan emosional selama pandemi. Laporan itu menyebutkan kecemasan dan stres telah meningkat di lingkungan keluarga.

UNICEF khawatir pandemi juga berdampak pada peningkatkan kemungkinan kekerasan dalam rumah tangga, di mana perempuan dan anak-anak biasanya menjadi korban utama. Ketika pandemi mulai menyebar, sebagian besar pemerintah di wilayah Timur Tengah memerintahkan penutupan sekolah pada Maret.

Dengan kurva infeksi turun selama musim panas, banyak negara mengizinkan sekolah untuk dibuka kembali pada musim gugur atau mengadopsi sistem yang menggabungkan pembelajaran jarak jauh dan di dalam kelas. "Namun, dengan mendekati musim dingin, ada kekhawatiran gelombang kedua infeksi, yang dapat mengakibatkan penutupan sekolah lagi," sebut Chaiban.

Survei UNICEF menyebut hampir 40 persen orang tua dan wali menyatakan keprihatinan atas pendidikan anak-anak mereka. Banyak yang menolak pendidikan jarak jauh karena tidak efektif. Alasannya kurangnya sumber daya, akses internet terbatas, kurangnya dukungan dari orang dewasa dan kurangnya akses langsung ke guru.

"Pembatasan dan penutupan sekolah berdampak parah pada rutinitas harian anak-anak, interaksi sosial mereka, dan akhirnya pada kesejahteraan mental mereka," ujar Chaiban.

Survei UNICEF dilakukan di Aljazair, Mesir, Yordania, Maroko, Qatar, Suriah, dan Tunisia. Survei dilakukan antara April dan Juli 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement