Rabu 02 Dec 2020 10:25 WIB

PBB Peringatkan Pengungsi Eritrea Kehabisan Makanan

PBB memperingatkan kelangkaan pangan di penampungan pengungsi Eritrea

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Orang-orang Tigray yang melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray Ethiopia, tiba dengan bus di kamp pengungsi Umm Rakouba di Qadarif, Sudan timur, Kamis, 26 November 2020.
Foto: AP/Nariman El-Mofty
Orang-orang Tigray yang melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray Ethiopia, tiba dengan bus di kamp pengungsi Umm Rakouba di Qadarif, Sudan timur, Kamis, 26 November 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TIGRAY -- PBB memperingatkan kelangkaan pangan di penampungan pengungsi Eritrea di Tigray, Ethiopia. Lembaga internasional itu meminta pemerintah Ethiopia membuka 'akses darurat' agar mereka dapat mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan pengungsi.

Rabu (2/12) ini menandai satu bulan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed meluncurkan operasi militer terhadap pasukan daerah yang setia pada Tigray People’s Liberation Front (TPLF), Partai yang berkuasa di wilayah berpopulasi enam juta jiwa yang bertetangga dengan Eritrea. Sejak saat itu komunikasi dan transportasi ke Tigray diputus.

Baca Juga

PBB dan lembaga kemanusiaan meminta akses untuk mengirimkan makanan, obat-obatan, dan pasokan lainnya ke kamp yang menampung lebih dari 100 ribu pengungsi Eritrea sebelum konflik dimulai.

"Kami, sebagai humanitarian, telah kehilangan akses dan kontak dengan pengungsi sejak satu bulan yang lalu ketika pertempuran terjadi dan sekarang kami mencemaskan laporan penyerangan, penculikan, dan rekrutmen di dalam dan sekitar kamp pengungsian," kata juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi Babar Baloch pada Aljazirah, Selasa (1/12).

"Kami meminta akses darurat menuju kamp-kamp pengungsian itu. Selain itu juga ada laporan mengkhawatirkan tentang banyaknya pengungsi yang meninggalkan kamp untuk mencari perlindungan dan bantuan termasuk makanan ke tempat lain di wilayah Tigray," tambahnya.

"Sekarang kamp-kamp tersebut kekurangan pasokan makanan. Kelaparan dan malnutrisi menjadi bahaya nyata, sebuah peringatan yang telah kami sampaikan sejak konflik dimulai satu bulan yang lalu," kata Baloch pada wartawan di Jenewa.

Abiy yang memenangkan Nobel Perdamaian tahun lalu menolak gagasan untuk menggelar dialog dengan TPLF. Kelompok itu sudah terpencar tapi melanjutkan perlawanan walaupun pemerintah Ethiopia sudah mendeklarasikan kemenangan pada akhir pekan lalu.

Pemerintah Ethiopia mengatakan mereka telah membentuk dan mengelola 'koridor humanitarian'. Akses itu untuk mengirimkan bantuan tapi PBB ingin akses tersebut netral dan tanpa hambatan.

Menurut PBB saat ini ada 2 juta orang di Tigray yang membutuhkan bantuan. Jumlah itu naik dua kali lipat dari sebelum konflik dimulai. Sekitar satu juta orang terpaksa mengungsi, lebih dari 45 ribu warga Ethiopia melarikan diri ke Sudan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement