Sabtu 05 Dec 2020 06:12 WIB

Dari Buku yang Terjatuh, Derbeshyr Jadi Mualaf

Derbeshyr jadi mualaf setelah mengambil buku yang terjatuh.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Dari Buku yang Terjatuh, Derbeshyr Jadi Mualaf. Foto: Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Dari Buku yang Terjatuh, Derbeshyr Jadi Mualaf. Foto: Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Yusuf Derbeshyr merupakan seorang pemuda Inggris. Seperti pemuda Inggris pada umumnya yang suka bersenang-senang, Yusuf juga menjalani kehidupannya seperti itu.

Setiap akhir pekan dia selalu pergi ke bar untuk minum-minum dan berkumpul bersama teman-temannya. Namun gaya hidupnya berubah sepulangnya dari berlibur.

Baca Juga

Hidayah menjadi muslim datang, bukan pengalaman saat berlibur yang membawanya mengenal Islam, melainkan sebuah buku. Lima tahun lalu dia pergi berlibur ke Yunani.

Untuk mengisi waktu luang saat berlibur, Yusuf memutuskan untuk membawa beberapa buku untuk dibaca di bandara, atau ketika bersantai di sisi kolam renang.

Sebelum berangkat Yusuf mengunjungi toko buku WHSmith. Dia mengambil beberapa buku bagus yang bisa dibacanya, namun setelah lama mencari dia tidak menemukan buku yang cocok.

"Saya tidak dapat menemukan apa pun. Namun ransel yang saya pakai menabrak rak buku ketika saya ingin berbalik untuk meninggalkan toko buku semua buku di rak tersebut pun terjatuh,"ujar dia dilansir di aboutislam.net.

Tidak ingin terlihat canggung dia segera merapihkan buku. Ternyata buku yang berjatuhan itu memiliki judul yang sama ditulis oleh penulis barat Barnaby Rogerson. Yusuf pun memperhatikan lebih teliti dan keingintahuananya muncul.

Buku tersebut merupakan biografi Nabi Muhammad yang ditulis menggunakan bahasa Inggris. Yusuf kemudian mulai membaca halaman pertama tentang profil Nabi Muhammad.

Dia merasa semakin dibaca buku itu semakin menarik. Setelah membaca halaman kedua, dia memutuskan untuk membelinya dan membawanya berlibur.

Setelah menamatkan satu buku selama liburan, dia berpikir untuk mencari tahu lebih banyak tentang Nabi Muhammad. Yusuf memutuskan untuk kembali ke negara asalnya.

Sekembalinya dari Yunani, tempatnya berlibur, dia kemudian mencari masjid di tempat tinggalnya. Dia kemudian berbicara dengan pengurus masjid dan mengutarakan niatnya untuk mempelajari Islam.

Yusuf yang tidak menyebutkan lokasi masjid dan nama imamnya mendengarkan penjelasan imam masjid. Menurut imam masjid sejujurnya jalan terbaik untuk memahami Islam adalah dengan menjadi muslim.

Tanpa berpikir dua kali, dia memutuskan untuk langsung mengikrarkan syahadat. Semangatnya sangat tinggi sejak menjadi muslim.

Sejak awal,dia mengenal Islam karena mempelajari Biografi Nabi Muhammad, sehingga ketika menjadi muslim dia banyak membaca mengenai kisah sahabat Nabi. Setelah banyak membaca kisah sahabat, Yusuf merasa ada kesamaan jalan hidup dengan salah seorang sahabat.

Terkesan dengan Hamzah Paman Nabi

Sahabat nabi seluruhnya merupakan mualaf di awal memeluk Islam. Sehingga menurut dia bisa jadi ada beberapa kesamaan kisah hidup dengan sahabat nabi ini.

"Dan, saya merasakan adanya kesamaan dengan Hamzah, seorang tentara Muslim," jelas dia.

Sebelum menjadi Muslim, Hamzah sering minum minuman keras dan hidup yang keras, serta ia sangat menikmati hidupnya. Ternyata, dia lebih menikmati hidupnya setelah ia menjadi seorang Muslim.

"Saya sangat memiliki kesamaan dengannya, dan merasa ada hubungan di antara kita,"tutur  dia.

Kesan Yusuf kepada Hamzah selalu tersimpan di hatinya. Sehingga dia merasa rindu ingin berziarah, napak tilas dimana Hamzah memperjuangkan Islam. Yusuf pun memutuskan untuk berhaji.

Dia kemudian berziarah mendatangi tempat terjadinya Perang Uhud.  Ketika itulah dia merasakan dorongan emosional yang kuat.

Ketika turun dari bus dan berjalan, rasanya seperti sedang berjalan melalui ketenangan. Dia merasa sangat emosional, dan air mata mengalir di wajah tanoa henti.

Dia memutuskan untuk terus berjalan, dan ketika turun di jalanan berpasir, merasakan kesedihannya sirna. Aneh menurutnya, tetapi, dia terus berjalan menuju pemakaman.

"Aku berdoa untuk para tentara saat Perang Uhud, termasuk untuk Hamzah. Ketika  berjalan pulang melintasi jalanan berpasir, perasaan itu muncul lagi. Saya hanya bisa menangis. Seseorang bertanya kepada saya "Ada apa?" Dan saya menumpahkan isi hati kepada pembimbing ronbongan,"jelas dia.

Dia mengatakan, "Ketika Nabi kami tahu apa yang terjadi kepada pamannya ia menangis, dan hanya menangis dan menangis."

Saat Perang Uhud berakhir, pasukan Quraisy pulang ke Makkah, lalu beliau menyuruh para sahabatnya untuk mengumpulkan syuhada yang gugur di medan perang tersebut. Salah satu dari para syuhada adalah paman Nabi sendiri, Hamzah.

Para sahabat menemukan jasad Hamzah dengan kondisi mengenaskan. Rasulullah SAW melihatnya, dan beliau menangis sedih dengan kondisi pamannya tersebut.

Hamzah meninggal dalam kondisi perut berlubang ditembus lembing milik Wahsyi dan dadanya terkoyak lebar disobek pisau milik Hindun yang kemudian memakan jantungnya dan memuntahkannya lagi.

Saya berkata "Saya merasa di sini, di dada saya, untuk Hamzah dan saya merasa terpukul dan terharu sepenuhnya.''

Sepulangnya dari berhaji dia menceritakan pengalamannya kepada istrinya. Saat itu istrinya sedang hamil.

Jika anak yang lahir seorang laki-laki dia ingin memberi nama anaknya dengan nama Hamzah.  Rupanya mereka mendapatkan seorang gadis kecil.

Sebelum memberi nama  putrinya dia mencarinya di internet nama wanita yang terkait dengan Hamzah. Sehingga dia bisa memberikan nama putrinya dengan nama wanita itu.

"Sayang, saya tidak bisa menemukan sesuatu. Istri saya mengatakan "Tanyakan ibumu". Jadi saya bertanya pada ibuku dan ibuku mulai mencari,"jelas dia.

Beberapa hari kemudian, dia bilang dia mencari melalui internet dan menemukan tiga nama untuknya. Yang paling merekasuka adalah Safiyya. Jadi Yusuf berpikir untuk memberi nama anaknya Safiyya tanpa mengetahuu kisah dibalik nama itu.

Yusuf kembali emosional setelah mengetahuu kisah Safiyya. Beberapa bulan kemudian dia kembali membaca buku tentang kisah setelah Uhud.  

Di lembar awal, buku itu hanya menceritakan tentang proses kematian dan penguburan para tentara Muslim dan Hamzah sendiri. Kemudian buku itu mulai berbicara tentang adik Hamzah yang datang dengan dua potong kain. Dan, nama adik Hamzah adalah Safiyya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement