Selasa 08 Dec 2020 08:56 WIB

Tadashi Yanai Kian Kaya Berkat Lonjakan Uniqlo

Harta orang terkaya Jepang ini, telah mencapai Rp 586 triliun.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Harta Melambung Hingga Rp580 T, Orang Terkaya Jepang Makin Tajir di Tengah Pandemi!. (FOTO: REUTERS/Issei Kato)
Harta Melambung Hingga Rp580 T, Orang Terkaya Jepang Makin Tajir di Tengah Pandemi!. (FOTO: REUTERS/Issei Kato)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Harta kekayaan orang terkaya Jepang, Tadashi Yanai menurut catatan Forbes telah mencapai 41,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 586 triliun berkat lonjakan belanja pakaian Uniqlo di tengah pandemi corona. Kekayaan Yanai yang sebagian besar berasal dari saham Fast Retailing, induk Uniqlo ini telah melonjak hingga 114 persen sejak Maret 2020.

Dilansir dari Forbes di Jakarta, Senin (7/12) ia telah melipatgandakan kekayaannya lebih dari dua kali lipat ketika saham Fast Retailing jatuh pada Maret 2020 lalu akibat pandemi Covid-19.

Fast Retailing memiliki merek lini pakaian seperti Uniqlo, Theory, Helmut Lang, J Brand, dan GU. Analis mengaitkan lonjakan saham ini dengan strategi digital baru perusahaan dan fokusnya pada pakaian praktis sehari-hari yang disukai oleh mereka yang bekerja dari rumah.

Baca Juga: Gokil! Para Orang Kaya Argentina Bakal Bayar Pajak Ekstra demi Tekan Dampak Corona

''Penjualan bagus karena lini produknya sesuai dengan permintaan yang tinggal di rumah,''kata Dairo Murata, analis senior di JP Morgan di Tokyo. ''Fast Retailing selalu mempromosikan konsep 'LifeWear', dan menjual pakaian yang sangat sesuai dengan gaya bekerja dari rumah.''

Uniqlo memiliki lebih dari 3.600 toko di 26 pasar yang mencakup Asia, Amerika Utara, dan Eropa. Mereka menawarkan rangkaian LifeWear yang dipromosikannya sebagai pakaian sederhana dan pakaian sehari-hari berkualitas tinggi.

Namun, pendapatan dan keuntungan tahunan Fast Retailing terpukul karena penutupan toko selama pandemi. Mereka sempat melaporkan penurunan 12% dalam pendapatan tahunan menjadi 2 triliun yen, atau 19 miliar dolar AS, untuk tahun yang berakhir pada 31 Agustus 2020 dan penurunan 44% dalam laba bersih menjadi 853 juta dolar AS.

Uniqlo menutup hampir setengah dari 748 tokonya di China pada Januari dan membukanya kembali pada akhir April. Di Jepang, 311 dari 817 tokonya ditutup pada akhir Maret dan dibuka kembali pada awal Mei.

Meskipun toko-toko ini tutup, bisnis Uniqlo Jepang adalah titik cerah di tahun yang sebaliknya. Mereka mencatat peningkatan laba 2% bahkan ketika pendapatan naik 20% tahun ke tahun di kuartal Juni hingga Agustus. Penjualan Uniqlo Jepang didorong oleh penjualan e-commerce yang naik 29,3% untuk tahun fiskal yang berakhir Agustus.

''Penyebaran Covid-19 telah mendorong perubahan nilai dan mendorong kami untuk meneliti cara kami hidup,'' kata Yanai dalam pesan November yang ditampilkan di situs web perusahaan.

Uniqlo bahkan membuka dua toko Uniqlo baru di Tokyo di Ginza kelas atas dan di pusat perbelanjaan Harajuku pada bulan Juni.

Berdasarkan asumsi bahwa Covid-19 akhirnya dapat diatasi setelah Maret 2021, Fast Retailing memperkirakan kenaikan pendapatan 10% untuk tahun fiskal 2021 dan kenaikan laba bersih sebesar 83 persen.

Yanai memiliki ambisi untuk menjadi pengecer pakaian terbesar di dunia. Saat ini, Inditex Spanyol, yang paling terkenal dengan merek Zara-nya adalah pengecer pakaian terbesar di dunia dengan penjualan tahunan sebesar 31,6 miliar dolar AS diikuti  H&M Swedia dengan penjualan 24,8 miliar dolar AS.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement