Selasa 08 Dec 2020 13:45 WIB

Gaza Hentikan Tes Covid-19 Akibat Persediaan Alat Habis

Gaza menghentikan tes massal Covid-19 akibat peralatan menipis.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Gaza menghentikan tes massal  Covid-19 akibat peralatan menipis Rapid Test Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Republika TV
Gaza menghentikan tes massal Covid-19 akibat peralatan menipis Rapid Test Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Petugas kesehatan mengatakan pada Senin, mereka tidak dapat lagi melakukan tes virus corona di Jalur Gaza karena kurangnya peralatan di tengah lonjakan kasus di wilayah Palestina yang terkepung. Kementerian kesehatan menyerukan tindakan secepatnya untuk menyediakan peralatan yang diperlukan.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian mengatakan satu-satunya laboratorium di sana yang dapat menganalisis sampel uji Covid-19 telah berhenti beroperasi karena kurangnya peralatan. "Kami belum menerima materi pengujian selama empat hari terakhir," kata Direktur Laboratorium, Ameed Mushtaha, dilansir Aljazirah, Selasa (8/12).

Baca Juga

Dia mengatakan kementerian kesehatan meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Otoritas Palestina (PA) untuk segera mengirimkan perbekalan medis ke Gaza. Tetapi PA yang mengatur wilayah Palestina di Tepi Barat, menderita karena kekurangan tes dan juga telah meminta lebih banyak kepada WHO.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina telah memperingatkan sistem kesehatan Jalur Gaza dapat runtuh jika jumlah kasus kian meningkat. PA akan menerima vaksin Covid-19 dari Covid-19 Vaccines Global Access Facility (COVAX). Gaza akan mendapat bagian, tetapi belum diketahui kapan. 

Petinggi Senior Hamas dan Mantan Menteri Kesehatan, Bassem Naim, mengatakan pihak berwenang biasanya melakukan antara 2.500 dan 3.000 tes per hari dengan biaya antara  75 ribu dolar Amerika dan 100 ribu dolar Amerika.

“Ada kebutuhan mendesak untuk mengambil tindakan untuk menyelamatkan nyawa warga Gaza dan mengatasi krisis,” kata Naim kepada kantor berita AFP.

Palestina adalah rumah bagi dua juta orang dan telah berada di bawah blokade Israel sejak 2007. Mesir juga telah menutup perbatasannya dengan Gaza.

Pihak berwenang menutup perbatasan Gaza pada awal pandemi. Mereka hanya mengizinkan masuk pada sejumlah orang kemudian diminta untuk mengisolasi selama tiga minggu di pusat karantina.

Pada pertengahan Agustus, Gaza mencatat sekitar 100 kasus virus corona, tetapi dalam dua pekan terakhir telah terlihat penurunan tajam dalam penahanan. Hamas pada Kamis mengumumkan karantina wilayah pada akhir pekan yang berlangsung dari 11 Desember sampai akhir bulan yang juga menutup sekolah, universitas, taman kanak-kanak, dan masjid.

Tutup sepenuhnya

Di Tepi Barat yang diduduki Israel, PA mengatakan akan memberlakukan kembali karantina wilayah selama sepekan di empat dari 11 provinsi. "Gubernur Nablus, Hebron, Bethlehem, dan Tulkarem akan ditutup sepenuhnya mulai Kamis malam, 10 Desember untuk jangka waktu tujuh hari," kata Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh pada Senin (7/12).

Karantina wilayah ini juga diikuti oleh penutupan semua layanan aktivitas komersial, kecuali apotek, roti, supermarket, dan toko grosir.

Langkah itu dilakukan setelah akhir pekan selama dua pekan dan jam malam diberlakukan di seluruh Tepi Barat pada akhir November. Jam malam diperpanjang hingga 17 Desember.

Secara total, Kementerian Kesehatan Palestina telah mencatat lebih dari 74.160 kasus Covid-19, termasuk hampir 700 kematian di Tepi Barat. Sementara di Gaza, hampir 25.600 infeksi telah terdaftar, termasuk sekitar 150 kematian. 

Sumber: https://www.aljazeera.com/news/2020/12/7/coronavirus-test-kits-run-out-in-gaza-as-collapse-fears-grow 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement