Rabu 09 Dec 2020 12:59 WIB

PM Selandia Baru Minta Maaf atas Laporan Christchurch

PM Selandia Baru, Jacinda Ardern meminta maaf atas laporan serangan Christchurch

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengenakan hijab
Foto: About Islam
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengenakan hijab

IHRAM.CO.ID, WELLINGTON — Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern meminta maaf atas laporan Komisi Penyelidikan Kerajaan pada 15 Maret tentang serangan teroris di Christchurch sebelumnya. Ia mengakui, laporan itu menyalahkan fokus pada risiko Islam dan mengabaikan supremasi kulit putih.

“Komisi tidak menemukan bahwa masalah ini akan menghentikan serangan tersebut. Tapi ini sama-sama gagal dan untuk itu saya minta maaf, ” kata PM Ardern dikutip dari About Islam Rabu (9/12).

Dalam laporan setebal 800 halaman itu, disebutkan ada ‘konsentrasi sumber daya yang tidak tepat’. Khususnya, pada apa yang disebut ancaman terorisme ekstremis Islam. Selain itu, laporan tersebut juga mengkritik pihak berwenang karena mengabaikan peringatan berulang dari komunitas Muslim tentang meningkatnya kejahatan rasial yang menargetkan minoritas agama.

Tak hanya itu, laporan itu juga mengkritik polisi karena gagal menegakkan pemeriksaan yang tepat saat memberikan lisensi senjata api kepada teroris Australia bersenjata, Brenton Tarrant, yang melakukan penembakan sebelumnya.

Terpisah, menanggapi itu, para pemimpin komunitas Muslim Selandia Baru langsung bertemu Selasa kemarin di Masjid An-Nur di Christchurch's Deans Ave. Dalam pertemuan itu, mereka mendesak pemerintah untuk melakukan lebih banyak tindakan dalam memerangi prasangka.

“Jelas sebagai negara kita masih perlu melakukan banyak pekerjaan,” kata sekretaris jenderal Linwood Islamic Center Faisal Sayed.

Hal serupa juga ditegaskan oleh Akademisi Muslim, Anthony Green. Dirinya mengatakan, laporan itu akan membutuhkan waktu "berbulan-bulan untuk dicerna" komunitas kecil tersebut. Namun demikian, seruan utama pihaknya adalah agar semua warga Selandia Baru bisa peduli pada sesama untuk melawan prasangka.

Sambungnya, sejauh ini juga tidak ada yang berbicara tentang balas dendam, karena komunitas Muslim tidak ingin komunitas lain mengalami apa yang mereka alami. “Kita harus memahami penyebabnya… Kebencian adalah garis kesalahan dalam masyarakat, dan mengabaikannya membuat kita terbuka terhadap bahaya. Kami di Canterbury memahami garis patahan dan kerusakan yang dapat ditimbulkannya,’’ tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement