Jumat 11 Dec 2020 03:22 WIB

Pfizer Hadapi Tantangan Akhir untuk Produksi Vaksin Covid-19

Pfizer masih menghadapi tantangan akhir dalam uji coba produk.

Rep: Puti Almas/ Red: Andi Nur Aminah
Kantor perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Pfizer  (ilustrasi)
Foto: kantor Pfizer
Kantor perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Pfizer (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dari perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Pfizer masih menghadapi tantangan akhir dalam uji coba produk.  Food and Drug Administration (FDA) dilaporkan mengumpulkan puluhan ahli independen yang akan melakukan debat tentang vaksin dalam acara publik yang disiarkan langsung pada Kamis (10/12). Ini menjadi bagian dari komitmen badan tersebut dalam transparansi terhadap publik. 

Pfizer tengah berlomba menjadi yang pertama mendapatkan lampu hijau dari AS dalam produksi vaksin. Para ahli nantinya memeriksa data perusahaan untuk memeriksa potensi bahaya yang mungkin ada. 

Anggota Vaksin dan Komite Penasihat Produk Biologi Terkait (VRBPAC) akan mengadakan pemungutan suara tentang apakah perlu merekomendasikan FDA mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat (EUA) atau tidak. Pertemuan panel ahli merupakan langkah terakhir sebelum keputusan AS untuk mulai mengirimkan jutaan dosis vaksin, yang diklaim telah menunjukkan perlindungan kuat terhadap virus corona.

Panel FDA berfungsi seperti pengadilan sains yang akan memilah-milah data dan debat di depan umum yang disiarkan langsung. Termasuk di antara yang diperdebatkan adalah apa vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan itu aman dan cukup efektif untuk digunakan dalam keadaan darurat.

Para ahli non-pemerintah yang hadir dalam acara itu telah mengkhususkan diri dalam pengembangan vaksin, penyakit menular dan statistik medis. FDA diharapkan untuk mengikuti saran panitia, meskipun tidak diharuskan untuk melakukannya.

Sebelumnya, Inggris melaporkan orang dengan riwayat reaksi alergi yang serius tidak boleh melakukan vaksinasi Covid-19. Pejabat di negara itu sedang menyelidiki dua laporan tentang reaksi yang terjadi ketika negara itu mulai melakukan vaksinasi massal.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement