Jumat 11 Dec 2020 10:48 WIB

Sosok HRS di Mata Media Asing, dari Penjara Hingga Tokoh 212

Kepulangan HRS dinilai membuat gerah pemerintah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Habib Rizieq Shihab
Foto: republika
Habib Rizieq Shihab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penembakan yang dilakukan polisi terhadap enam anggota FPI menjadi sorotan media internasional. Kantor berita Reuters menyoroti bagaimana sejak pulang dari Arab Saudi, Habib Rizieq Shihab (HRS) membuat gelisah pemerintah Presiden Joko Widodo.

Reuters menggambarkan Rizieq sebagai tokoh kontroversial di politik Indonesia. Pemimpin FPI ini pernah dipenjara pada 2008 karena memicu kekerasan. Ia meninggalkan Indonesia pada 2017 ke Arab Saudi setelah didakwa atas pornografi dan menghina ideologi negara.

Baca Juga

Kelompok yang dipimpinnya digambarkan sebagai ormas suka 'merazia' kafe atau bar. Pengaruh FPI terhadap perpolitikan Indonesia pun kian menguat.

Pada 2016 lalu Rizieq menjadi salah satu tokoh utama gerakan 212. Unjuk rasa yang mendesak pemerintah memenjarakan mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang akhirnya mendekam selama dua tahun atas tuduhan menistakan agama Islam.

Gerakan 212 menjadi unjuk rasa terbesar sejak reformasi yang menggulingkan Soeharto pada 1998 lalu. Gerakan ini disebut memicu kekhawatiran politik identitas di Indonesia. Reuters menyebut Jokowi menilai unjuk rasa itu salah satu ancaman terbesar terhadap pemerintahannya.

Ketika Rizieq pulang ke Indonesia ia bertemu dengan puluhan ribu pendukungnya. Karena melanggar protokol Covid-19, polisi dua kali memanggil Rizieq. Ia mengabaikan panggilan tersebut hingga pada Senin (6/12) enam anggota FPI dilaporkan tewas tertembak.

Netralisir anncaman

Reuters menggambarkan upaya Jokowi untuk menetralisir ancaman dari kelompok garis keras dengan menunjuk mantan Jenderal Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan. Prabowo disebut mendapat dukungan kuat dari 'kelompok garis keras' saat maju melawan Jokowi dalam pemilihan presiden.

Saat Rizieq di luar negeri kelompok garis keras seperti FPI relatif tenang hingga pandemi menghantam Indonesia. Jokowi dapat memerintah tanpa mendapat banyak tekanan.

Reuters melaporkan sejumlah pengamat dan sumber mengatakan pemerintah terlalu meremehkan ancaman dari Rizieq. Kini usai penembakan enam pendukungnya pemerintah berhati-hati agar penindakan keras terhadap FPI tidak menjadi bumerang.

Walaupun FPI kerap dikecam kelompok Islam yang lebih moderat seperti MUI. Tapi peristiwa penembakkan Senin lalu menurut Reuters akan membuat presiden dan menteri-menterinya bertindak berhati-hati.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement