Ahad 13 Dec 2020 05:23 WIB

Temukan Kebenaran Islam, Pemuda Amerika Putuskan Jadi Mualaf

Semakin dipelajari, Tommy malah jatuh dalam ketertarikan lebih dalam pada Islam.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Temukan Kebenaran Islam, Pemuda Amerika Putuskan Jadi Mualaf. Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Temukan Kebenaran Islam, Pemuda Amerika Putuskan Jadi Mualaf. Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Seorang mualaf asal Michigan, Amerika Serikat, Tommy mengisahkan perjalanan panjangnya menemukan Islam. Ia menyingkirkan semua citra buruk Islam yang digambarkan di banyak media sehingga menemukan kebenaran Islam.

Tommy mengisahkan latar belakangnya yang lahir dalam keluarga Katolik Roma Polandia yang cukup religius. Ia dibaptis saat lahir dan menghadiri pra-sekolah agama di Detroit, Michigan.

Baca Juga

Gereja selalu menjadi bagian dari masa kecilnya di Detroit. "Saya selalu bersekolah di Sekolah Katolik. Saya membuat Komuni Kudus Pertama saya pada usia tujuh tahun," ujarnya dilansir dari Islamweb beberapa waktu lalu.

Imannya terhadap agama Kristen Katolik tetap kuat selama sebagian besar tahun sekolah dasar dan berkembang menjadi konservatif, "Old School Catholic".  Ia menghormati Yudaisme, meremehkan Protestan dan Ortodoks, dan melihat agama seperti Islam dan Hindu sebagai agama yang aneh bagi orang asing. 

 

Namun, gereja yang ia hadiri tampaknya tidak mengisi batinnya secara rohani. Pada September 1995, sebuah paroki Katolik Byzantium Melkite (sekelompok Katolik Ortodoks dari Lebanon) mengadakan liturgi di gerejanya. Singkatnya, ketertarikan kepada liturgi Katolik Melk saat itu lebih besar daripada liturgi Katolik Roma. 

"Saya terus pergi ke gereja Melkite setiap minggu, sampai pertengahan Maret 1996. Selama masa pra-Paskah Gereja, yaitu 40 hari sebelum Paskah, saya mengalami pergulatan serius pertama saya tentang agama Kristen. Saya tidak begitu yakin apa yang memicunya, tetapi tiba-tiba, saya berhenti percaya pada agama Kristen," kisahnya.

Keraguannya terhadap Kristen membuatnya justru tertarik pada Yudaisme, satu-satunya agama monoteistik 'baik' lain yang ia ketahui. Tommy pun pergi ke kebaktian Sabat di sinagoga lokal dengan seorang teman Yahudi orang tuanya. 

"Saya dituduh berusaha menarik perhatian, berusaha tampil beda. Terlepas dari apa yang orang katakan, saya perlahan mulai mengadopsi Yudaisme dan mengikuti praktik budaya dan agama Yahudi.  Saya belajar membaca bahasa Ibrani dan banyak menghafal kebaktian Sabat hari Sabtu," ujarnya.

Meski tertarik dengan ajaran Yahudi, ia tetap mencari-cari ajaran agama yang bisa memuaskan pikirannya. Saat pencariannya, ia melihat penjelasan tentang satu agama yang banyak dicitrakan buruk, Islam. Semakin dipelajari, Tommy malah jatuh dalam ketertarikan lebih dalam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement