Ahad 13 Dec 2020 04:45 WIB

Miris, Pecandu Narkoba Wanita di Afganistan Terus Meningkat

Bisnis Narkoba berjalan mulus seiring perang tiada henti di sana.

Rep: Mabruroh/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Ladang opium di Afganistan. Opium jadi narkoba terfavorit bagi para wanita di sana.
Ladang opium di Afganistan. Opium jadi narkoba terfavorit bagi para wanita di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Alina Yaqoobi (28 tahun) salah   seorang psikoterapis di pusat rehabilitasi di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan utara menceritakan kisahnya. Selama tiga tahun bekerja di pusat rehabilitasi Layanan Sosial untuk Wanita Afganistan (SSAW), jumlah pecandu narkoba perempuan terus mengalami peningkatan.  

"Ini kondisi yang mengkhawatirkan, saya melihat peningkatan 40 persen dalam jumlah pasien yang dirawat di sini. Bahkan ada orang-orang dalam daftar tunggu juga," kata Yaqoobi, dilansir dari Arab News, Ahad (13/12).

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi lonjakan jumlah penggunaan narkoba di Afganistan. Khususnya di daerah-daerah miskin negara tersebut yang terus dilanda perang. Diduga kuat kelompok-kelompok yang didanai asing dan mafia internasional telah menguasai bisnis barang haram tersebut untuk mendanai perang.

Data pemerintah menyebutkan, jumlah pengguna narkoba sebanyak 2,5 juta orang dari populasi 36 juta. Meskipun menurut data tidak resmi menyatakan bahwa jumlah pengguna narkoba jauh lebih buruk, yakni hampir 4 juta orang.

"Dari jumlah tersebut, 850 ribu adalah perempuan, dan 170 ribu di antaranya adalah pecandu," kata Wakil Menteri Kesehatan Afghanistan, Abdul Shokor Haidari.

Menurut Yaqoobi, perang, migrasi, kekerasan dalam rumah tangga, akses mudah ke narkoba, dan kurangnya layanan dan fasilitas sosial adalah faktor utama di balik fenomena perempuan menjadi pecandu narkoba. Rentan usai mereka pun dari anak-anak muda hingga nenek berusia 70 tahun dan dirawat di pusat SSAW

SSAW didirikan sejak 11 tahun lalu dan telah banyak merehabilitasi perempuan pengguna narkoba dari berbagai penjuru kota. Selama mereka berada di SSAW terang Yaqoobi, mereka akan mendapatkan pendidikan, olah raga dan kegiatan positif lainnya, seperti menganyam karpet kecil dan menjahit.

"Kami menemukan rasa kemuliaan dan kebahagiaan saat mereka pulang, meninggalkan kecanduan dan memulai hidup baru," ujarnya.

Memulai proses pengobatan kata dia, adalah hal tersulit apalagi jika sudah terlampau parah. "Mereka tidak mengenal siapa pun dan sangat kejam, tapi kami mencoba menenangkan mereka, ”kata Yaqoobi.

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Masooma Jafary, ada 17 pusat rehabilitasi narkoba untuk wanita di Afghanistan selain SSAW.

Para pecandu ini sebagian besar diperlakukan seperti orang buangan, terutama wanita dalam masyarakat patriarkal Afganistan. Afganistan terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen poppy top dunia, yang diubah menjadi opiat dan kemudian menjadi heroin olahan. 

Yaqoobi mengatakan kebanyakan wanita yang mencari pengobatan di pusat SSAW kecanduan opium atau sabu.

“Saya menggunakan opium selama bertahun-tahun, sejak saya menjadi pengungsi anak-anak di Iran,” Bibi Nazia, mantan pasien SSAW.

“Saya menikah dengan seorang pecandu narkoba di Iran dan datang ke pusat ini dua tahun lalu setelah tiba di rumah. Saya merasa jauh lebih baik dan saya juga berhasil membujuk suami untuk melakukan rehabililasi juga. Saya berhutang kehidupan baru pada pusat itu," tambahnya

Namun, banyak yang tidak seberuntung itu. Menurut Haidary, sebanyak 70 persen pasien akan kambuh dan kembali menjadi pecandu. Menurut Jafary, hal ini bisa terjadi karena saat mantan pecandu pulang ke rumah, suami mereka masih menjadi pecandu sehingga bisa saja memaksa istrinya untuk kembali menggunakan narkoba.

Sedangkan menurut para ahli, banyak latar belakang yang menyebabkan kembalinya seseorang kepada jurang hitam narkotika. Misalnya kekerasan dan diskriminasi memaksa orang-orang ini untuk kembali menggunakan narkoba. 

"Perlakuan buruk terhadap mantan pecandu, tekanan sosial dan kurangnya dukungan ekonomi, serta kurangnya pekerjaan, memaksa beberapa pecandu kembali ke narkoba," kata Zarqa Yaftali, seorang aktivis hak-hak perempuan.

“Kita perlu menciptakan lapangan kerja dan hiburan untuk mantan pecandu agar mereka tidak kambuh lagi,” kata dia menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement