Selasa 15 Dec 2020 07:00 WIB

Muslim di Australia Anggap Pentingnya Pendidikan Seks

Muslim di Australia Anggap Pentingnya Pendidikan Seks

Red:

Ketika Zoya Patel masih duduk di bangku SMA, berpacaran bukan hanya tidak boleh, tapi juga dianggap bertentangan dengan moral.

Keluarga Zoya sangat berharap agar ketika Zoya beranjak dewasa, ia akan menikah dengan dijodohkan dengan orang yang dirinya setujui.

"Jodoh tersebut nantinya harus memenuhi kriteria tertentu," ujar penulis berusia 30 tahun tersebut.

"Saya tentu saja harus berpasangan dengan seorang pria Muslim dan diutamakan berlatar belakang budaya yang sama. Idealnya dari daerah yang sama di India, atau India-Fiji, yang berlatar belakang sama dengan keluarga saya."

Pernikahan melalui penjodohan ini merupakan satu dari beberapa harapan lain, yakni seks hanya boleh dilakukan setelah pernikahan.

Karenanya Zoya mengaku tidak pernah menerima "pendidikan seks" yang layak di rumah.

Majalah remaja yang di dalamnya terdapat kolom pendidikan seks juga tidak boleh dilihatnya, karena menurut orangtuanya, bacaan tersebut "kasar dan tidak pantas".

Akhirnya, Zoya belajar memahami konsep keintiman dari film Bollywood.

"Saat itu, aktor dalam film Bollywood bahkan tidak berciuman dan kemudiannya layarnya menjadi hitam [tak diperlihatkan]," ingatnya.

"Jadi bahkan di bayangan saya, ketika saya berkencan dengan seorang pria dan hubungan tersebut sudah menjadi semakin menyenangkan, saya akan benar-benar tak tahu."

Menurutnya, pada waktu itu ia tidak dapat membayangkan bagaimana cara berhubungan seks dalam pernikahan karena "tidak memiliki sedikitpun pengetahuan".

 

Ketakutan mengajarkan pendidikan seks

Pendidikan seks tidak dilarang dalam ajaran Islam.

Faktanya, Fida Sanjakdar, dosen di Monash University, justru mengatakan sebaliknya.

"Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah bahwa [seks] tidak boleh dibicarakan ... dan saya pikir ini cukup merugikan bagi mereka yang mendengarnya," katanya.

Dr Sanjakdar mengacu pada Hadits yang mendorong umat Muslim untuk menggali lebih banyak pengetahuan tentang semua aspek kehidupan, termasuk seks dalam pernikahan.

"Ketidakpedulian soal itu tentunya tidak dianjurkan," katanya.

Namun menurut Dr Sanjakdar kebudayaan dimana tabu membicarakan soal seks seringkali menjauhkan umat Muslim dari diskusi soal seks dalam pernikahan.

Ia mengatakan banyak orangtua khawatir jika pendidikan seks yang mendalam dapat "merusak" remaja, dan menuntun pada perilaku seks luar nikah, yang dianggap haram, atau dilarang dalam ajaran Islam.

 

'Seks dan hasrat seksual adalah kebutuhan'

Namun dalam pernikahan Islam, kenikmatan seksual didukung oleh Hadits dan Qur'an, ujar Dr Sanjakdar.

"Islam mengakui jika seks dan hasrat seksual adalah kebutuhan, bukan keinginan," jelasnya.

 

"Banyak Hadits ... tentang bagaimana mendekati istri, mendekati suami ... memberikan kata-kata yang menimbulkan kenyamanan, tentang berpelukan, dan banyak tentang berciuman."

Menurut Dr Sanjakdar, pemanasan seksual, fellatio atau oral seks, dan masturbasi bersama diizinkan, selama mendapat izin kedua belah pihak yang telah menikah.

"Menurut saya banyak pemeluk Muslim ataupun non-Muslim yang tidak tahu bahwa sesungguhnya ada banyak hal yang dapat dilakukan dalam pernikahan dan diizinkan," katanya.

"Seringkali ada budaya malu, sehingga akan sangat membantu bila kita bisa kembali mengacu pada ajaran ... karena jawabannya ada di sana."

Seks dianggap sebagai ibadah dalam pernikahan

Bagi Steven, seorang desainer dan dosen Islam berusia 32 tahun yang bekerja dengan banyak remaja Muslim, seks dan kerohanian memiliki keterkaitan.

"Kedengarannya lucu, [tapi seks] dianggap sebagai bagian dari ibadah," katanya.

"Kita tidak seharusnya menganggap seks sebagai suatu hal yang menjijikan, kita seharusnya melihatnya sebagai sesuatu yang disaksikan oleh Tuhan," katanya lagi.

Karena itu, bagaimana suami-istri bersikap dan melakukan pendekatan untuk melakukannya juga penting, serta berakar dalam keagamaan.

Steven mengatakan terdapat narasi Islam yang menganjurkan pasangan untuk membersihkan diri sebelum berhubungan seks.

"[Mereka juga harus] berkata: 'Bismillah Al-Rahman Al-Rahum', sebelum masuk ke dalam kamar," tambahnya.

 

Menurutnya, dalam hukum Islam, satu-satunya pihak yang boleh melihat tubuh seseorang adalah pasangan yang sudah dinikahi.

"Ini adalah hubungan tanpa baju; di mana tidak ada batas, baik secara emosional atau fisik, dan ini adalah salah satu bentuk kearifan yang saya temukan dalam hukum Islam," katanya.

Seks bisa jadi alasan bercerai

Menurut Dr Sanjakdar, seks juga merupakan hal yang penting dalam pernikahan Islam, sehingga jika ada satu pasangan yang tidak puas, bisa menyebabkan perceraian.

"Keduanya berhak untuk merasa aman dan merasakan kenikmatan, keduanya berhak untuk memberikan pendapat mereka tentang ini," katanya.

Tentu saja, seks bukanlah satu-satunya alasan untuk bercerai, karena Dr Sanjakdar juga menekankan faktor yang lebih pentingnya, seperti faktor emosional dan mental.

Ia mengatakan, seperti hukum Australia, hukum Islam mendukung perpisahan selama beberapa waktu, sebelum perceraian.

Masa tersebut membuka ruang untuk rekonsiliasi, terutama jika pasangan tersebut sudah dikaruniai anak.

Pengalaman Steven bercerai

Sebagai seseorang yang sudah pernah bercerai, Steven melihat keunikan dalam masa berpisah, yang biasanya bisa berlangsung selama dua sampai tiga bulan.

"[Jika suami] berkata, 'Tolong kembali,' atau istri berkata, 'Maaf,' mereka bisa bertemu satu sama lain lagi, dan secara teknis dan otomatis menikah lagi, sehingga perceraian tersebut batal," katanya.

"Jadi, bahkan, dalam proses bercerai, aturan tersebut dibuat untuk menyatukan keduanya."

Proses perceraian yang dilaluinya pun tidak semudah yang dibayangkan.

"Ada tabu kebudayaan dan banyak juga yang menghakimi," ungkapnya.

"[Namun] perbuatan ini tidak termasuk dosa; tidak ada larangan untuk bercerai. Hanya saja, Allah mengatakan ini hal yang tidak disukai-Nya."

 

Kini Steven sudah menikah lagi dan menjadi seorang ayah untuk pertama kalinya, tapi saat proses perceraian ia merasakan adanya kebaikan.

"Rasanya seperti ada yang meninggal, ketika ada anggota keluarga yang bercerai. Orang-orang mendekat dan ... berusaha menenangkan," katanya.

"Agama kami bertumpu pada pengampunan. Imam Ali mengatakan, misalnya, bahwa kami harus punya 70 alasan sebelum menghakimi saudara-saudara kita," katanya lagi.

Dengan ini, menurut Steven, umat Islam tidak seharusnya menghakimi siapapun.

Faith & Fornication adalah seri tiga video yang mendalami bagaimana remaja Australia taat beragama melihat kencan dan seks, dibawakan oleh Siobhan Marin.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.

Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement