Senin 14 Dec 2020 20:27 WIB

Ambisi Raja Mali Muslim Taklukkan Samudra Atlantik

Raja Muslim dari Mali berambisi menaklukkan Samudra Atlantik.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Raja Muslim dari Mali berambisi menaklukkan Samudra Atlantik. Lautan yang mempertemukan Samudera Atlantik dan Laut Mediterania.
Foto: Screen Shoot Youtube
Raja Muslim dari Mali berambisi menaklukkan Samudra Atlantik. Lautan yang mempertemukan Samudera Atlantik dan Laut Mediterania.

REPUBLIKA.CO.ID, Imperium Mali yang dulu menduduki Ghana lama, pernah dikuasai oleh para raja Islam. Kerajaan ini pun dikenal sebagai dinasti yang sangat kaya raya dengan kekayaan alam berupa emas. 

Tak heran jika para pemimpinnya juga terkenal dengan ambisi-ambisnya yang fantastis. Di antaranya adalah Mansa Qu. Raja yang bergelar Abu Ba kar II itu dikenang sebagai pe mim pin ambisius. Salah satu ambisinya ialah menguasai negeri di ujung lautan, yakni seberang Samudra Atlantik lepas pantai Afrika Barat.

Baca Juga

Al-Umari dalam sebuah risalahnya mengutip perkataan Mansa Musa tentang raja tersebut, “Penguasa sebelumku (Abu Bakar II) tidak percaya bahwa mustahil mencapai titik terjauh Lautan yang mengelilingi Bumi (maksudnya, Samudra Atlantik al-Umari). Dia berambisi sampai ke sana dan terus-menerus berupaya untuk itu.” 

Masih dalam penuturan Mansa Musa, Abu Bakar II sampai-sampai mengerahkan 200 unit kapal. Masing-masing unit diisi para prajurit terbaiknya. Sebagai perbekalan, sang raja menyediakan ratusan kilogram emas, air minum, makanan, persenjataan, dan berbagai perlengkapan lainnya yang ditaksir mencukupi kebutuhan untuk satu tahun pelayaran. Laksamananya diperintahkan untuk tidak kembali sebelum berha sil mendarat di ujung barat Samudra Atlantik.  

Cukup lama Abu Bakar II menanti. Akhirnya, satu dari 200 kapal itu kembali ke Mali. Di hadapannya, si kapten kapal mengabarkan adanya pusaran besar yang mengisap nyaris seluruh armada tersebut. Kapten tersebut berkata, satu-satunya yang dapat menghindar dari bahaya itu ialah kapal yang ditumpanginya. 

Namun, Sultan (Abu Bakar II) tidak memercayainya. Segera saja, dia mengerahkan armada yang lebih besar, sekitar dua ribu kapal yang lengkap dengan perbekalan dan awak nya.

“Dia lalu menugaskan saya untuk memimpin negeri selama dirinya mengikuti pelayaran itu. Saya melepasnya pergi di pantai. Jangankan kembali, kabar tentangnya pun tak pernah terdengar lagi sesudah itu, cerita Mansa Musa yang dikutip al-Umari. 

Hingga saat ini, apakah Abu Bakar II berhasil atau tidak mencapai Benua Amerika, ujung barat Samudra Atlantik, masih menjadi kontroversi di kalangan sejarawan dan arkeolog.

Profesor Ivanvan Sertima dari Rutgers University menduga raja Mali itu sukses melakukannya. Namun, umumnya ilmuwan meragukan adanya bukti-bukti keberadaan bahtera milik sang pendahulu Mansa Musa itu di pantai Amerika.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement