Selasa 15 Dec 2020 08:31 WIB

Iran Ancam Hancurkan Pesawat AS Jika Langgar Wilayah Udara

AS menerbangkan pesawat pembom ke Timur Tengah

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pesawat pengebom AS B-52.
Foto: Youtube
Pesawat pengebom AS B-52.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon mengerahkan sepasang pesawat pembom strategis B-52 berkemampuan nuklir ke Timur Tengah pada Kamis (10/12). Iran meradang atas langkah tersebut dan telah berulang kali memperingatkan AS agar tidak melanggar wilayah udaranya.

Wakil komandan Pangkalan Pertahanan Udara Khatam al-Anbia atau markas besar pertahanan udara Iran, Brigjen. Jenderal Qader Rahimzadeh, menyatakan, Teheran akan bereaksi dengan kekerasan terhadap pelanggaran sekecil apa pun di wilayah udaranya. 

Baca Juga

"Wilayah udara negara berada di antara garis merah kami dan, seperti yang dialami musuh di masa lalu juga, pelanggaran terkecil akan dihadapi dengan respons menghancurkan dan berapi-api pasukan pertahanan udara," kata Rahimzadeh.

Dikutip dari SputnikNews, wakil komandan memberi tahu rekan-rekannya di AS bahwa kemampuan pengawasan udara Iran cukup untuk mencakup seluruh rentang gerakan angkatan udara regional dan ekstra-regional. Artinya, pesawat pembom AS yang baru-baru ini dikerahkan Pentagon untuk misi 150 km dari Perbatasan Iran dapat dihancurkan.

Washington mengumumkan pengerahan dua pembom strategis B-52H Stratofortress pada Kamis. Pesawat yang mampu membawa amunisi konvensional dan nuklir terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana ke Timur Tengah dalam misi selama 36 jam. Para pembom dikatakan telah terbang di atas Arab Saudi, Bahrain, dan Qatar selama operasi tersebut.

Penerbangan itu secara eksplisit digambarkan sebagai pesan langsung ke Iran. Pesawat Saudi, Bahrain, dan Qatar dilaporkan terbang bersama B-52 selama sebagian perjalanan itu.

Rahimzadeh meyakinkan bahwa semua aktivitas udara di dekat Iran berada di bawah pengawasan konstan untuk setiap aktivitas permusuhan. Dia mengatakan bahwa pertahanan udara Iran memantau pergerakan mereka dari waktu ke waktu.

"Pertahanan udara menganalisis gerakan-gerakan ini, dan merancang serta menerapkan rencana proporsional setelah belajar tentang target dan perilaku musuh (potensial)," kata Rahimzadeh. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement