Kamis 17 Dec 2020 21:41 WIB

Kasus Harian Covid Capai 7.000-an, Kasus Aktif Melonjak

Angka 7.354 kasus positif Covid pada Kamis, menjadi tertinggi kedua selama pandemi.

Tim relawan mempersiapkan ruang isolasi pasien COVID-19 di Asrama Haji, Komplek Islamic Center Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (17/12/2020). Akibat ruang isolasi di RSUD Ciamis penuh, Pemerintah Kabupaten Ciamis memanfaatkan Asrama Haji sebagai ruang isolasi terpusat COVID-19 dengan menyediakan 30 tempat tidur untuk pasien positif yang bergejala ringan dan tidak bergejala.
Foto: Antara/Adeng Bustami
Tim relawan mempersiapkan ruang isolasi pasien COVID-19 di Asrama Haji, Komplek Islamic Center Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (17/12/2020). Akibat ruang isolasi di RSUD Ciamis penuh, Pemerintah Kabupaten Ciamis memanfaatkan Asrama Haji sebagai ruang isolasi terpusat COVID-19 dengan menyediakan 30 tempat tidur untuk pasien positif yang bergejala ringan dan tidak bergejala.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Nawir Arsyad Akbar

Baca Juga

Jumlah harian kasus positif Covid-19 pada Kamis (17/12) mencatatkan rekor kedua tertinggi selama pandemi pada angka 7.354 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Angka ini menjadi yang tertinggi kedua, di bawah rekor 8.369 kasus baru pada 3 Desember 2020.

Berdasarkan data, lonjakan kasus hari ini sejalan dengan penambahan kapasitas pemeriksaan. Jumlah orang yang diperiksa pada Kamis ini mencapai 43.461 orang, lebih tinggi dari capaian pada Rabu (16/12) kemarin, 36.592 orang.

Namun, angka positivity rate atau tingkat positif harian membaik, dari 18,37 persen pada Rabu kemarin menjadi 16,9 persen hari ini. Secara umum, tren penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia masih  menanjak tanpa ada tanda-tanda mulai melandai.

Sebenarnya, grafik kasus harian sempat melandai mulai awal Oktober lalu. Namun penurunan tren 'rusak' tepat setelah libur panjang akhir Oktober lalu yang membuat jumlah kasus harian kembali melejit. Akibatnya, per awal November sampai saat ini grafik kasus harian Covid-19 nasional konsisten naik.

Pada penambahan kasus hari ini, DKI Jakarta mencatatkan angka tertinggi dengan 1.690 kasus baru. Sementara Jawa Barat duduk di posisi kedua dengan 1.277 kasus. Kemudian menyusul Jawa Timur dengan 855 kasus baru, Jawa Tengah dengan 620 kasus, dan Sulawesi Selatan dengan 333 kasus.

Penambahan jumlah pasien sembuh juga dilaporkan cukup tinggi. Hari ini tercatat ada 4.995 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Hal ini membuat angka kumulatif pasien sembuh mencapai 426.979 orang.

Sementara pasien yang meninggal dengan status positif Covid-19 dilaporkan bertambah 142 orang pada hari ini, sehingga jumlah kumulatifnya menjadi 19.390 orang.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, angka kasus aktif mengalami lonjakan yang cukup tinggi selama beberapa pekan terakhir ini. Per 13 Desember, kasus aktif nasional menyentuh angka 15,08 persen yang lebih tinggi dibandingkan angka tertinggi kasus aktif pada November kemarin.

“Tentunya ini bukan perkembangan yang diharapkan,” kata Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (17/12).

Pada bulan lalu, rata-rata kasus aktif di tingkat nasional yakni sebesar 12,8 persen dengan angka tertinggi mencapai 13,78 persen. Sedangkan pada bulan ini, rata-rata kasus aktif hingga 13 Desember telah mencapai 14,39 persen.

Menurut Wiku, meningkatnya angka kasus aktif pada bulan ini karena tingginya peningkatan penambahan kasus positif harian serta angka kesembuhan yang mengalami perlambatan. Karena itu, ia meminta seluruh lapisan masyarakat bekerja sama mengubah kondisi ini sehingga angka kasus aktif tak terus menerus bertambah.

“Protokol kesehatan adalah kunci untuk menekan laju penularan. Sehingga penambahan kasus positif harian tidak semakin tinggi, dengan begitu angka kasus aktif dapat ditekan,” ujar dia.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 juga mencatat masih terdapat 4,5 persen atau 23 kabupaten kota yang masih memiliki kasus aktif lebih dari 1.000. Selain itu, Satgas juga memberikan perhatian khusus pada 29 persen atau 149 kabupaten kota yang memiliki kasus aktif sebanyak 101 hingga 1000.

“33,5 persen atau 172 kabupaten kota ini betul-betul harus mengevaluasi penanganan Covid-19 di wilayahnya,” kata Wiku.

Kendati demikian, Satgas juga mencatat sebanyak 4,67 persen atau 24 kabupaten kota di Indonesia tak memiliki kasus aktif. Sedangkan sebanyak 17,1 persen atau 88 kabupaten kota memiliki kasus aktif kurang atau sama dengan 10 kasus.

“Saya apresiasi kepada 112 kabupaten kota ini yang berhasil mencatatkan kasus aktif yang tinggal sedikit lagi, bahkan sudah mencapai 0,” ucapnya.

Wiku juga menyebut, masih terdapat 27,8 persen atau 143 kabupaten kota yang memiliki kasus aktif antara 11 sampai 50 kasus. Serta sebanyak 16,9 persen atau 87 daerah yang memiliki 51 sampai 100 kasus aktif.

Dari data tersebut, kata Wiku, terlihat bahwa sebagian besar wilayah Indonesia atau sebanyak 66,47 persen dari 514 kabupaten kota memiliki kasus aktif kurang atau sama dengan 100.

“Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia memiliki ketahanan dalam menghadapi pandemi dan ini adalah modal kita untuk terus menjaga ketangguhan dan tetap semangat,” kata dia.

Pada hari ini, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu mengkritik tidak baiknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Bahkan buruknya penanganan bermula dari buruknya komunikasi pemerintah ke masyarakat.

Terbukti dengan pernyataan-pernyataan dari pemerintah yang justru membuat bingung publik. Hingga berujung abainya masyarakat terhadap bahaya Covid-19.

"Kita justru mendengar ada candaan dari para elite di negeri ini bahwasanya tidak mungkinlah Covid bisa masuk ke Indonesia," ujar Syaikhu dalam diskusi yang digelar Fraksi PKS DPR, Kamis (17/12).

Menurutnya, pernyataan-pernyataan tersebut merupakan bukti bahwa pemerintah gagap dalam menangani pandemi Covid-19. Semakin terbukti dari angka kasus positif yang tak kunjung melandai.

Hingga akhirnya, Covid-19 tak hanya mempengaruhi sektor kesehatan. Namun, juga berdampak pada ekonomi, sosial, bahkan politik dalam negeri.

"Kalau ini tidak diatasi dengan baik saya kira gejolak krisis ini akan semakin memunculkan hal yang lebih mengkhawatirkan lagi," ujar Syaikhu.

Memasuki akhir 2020, ia hanya melihat sedikit perbaikan dalam penanganan Covid-19. Sebab sejumlah masalah masih terjadi di banyak daerah, seperti tidak disiplinnya penerapan protokol kesehatan, abainya masyarakat, hingga saling menyalahkan antara pemerintah pusat dan daerah.

"Sampai hari ini tentu kita melihat sebuah fenomena, seolah-olah penegakan hukum low inforcement juga ini kadang-kadang terlihat tebang pilih," ujar Syaikhu.

Untuk itu, ia memandang kehadiran vaksin akan sangat penting. Namun, pemerintah juga diingatkan soal keamanan dan efektivitas vaksin yang didatangkan ke Indonesia.

Ia mengaku setuju jika Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang divaksin Covid-19. Menurutnya, hal tersebut dapat menghadirkan kepercayaan kepada masyarakat.

Pemerintah dinilainya perlu terlebih dulu menghadirkan kepercayaan di publik. Sebab hingga saat ini, berhembus isu-isu miring soal vaksin Covid-19.

"Ini mudah-mudahan bisa disambut bersama oleh elemen masyarakat, karena sekali lagi menangani Covid-19 tidak bisa sendiri-sendiri, perlu ada kebersamaan," ujar Syaikhu.

 

photo
Kerumunan massa di mana pun selalu berpotensi ciptakan penularan Covid-19. - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement