Senin 21 Dec 2020 08:21 WIB

Yerusalem Memiliki Tempat untuk Ibu Kota Palestina?

Akankan Yerusalem 'memiliki tempat untuk ibu kota Palestina?

Pandangan umum lingkungan Palestina di Silwan di Yerusalem timur, terlihat pada hari Rabu, 1 Juli 2020. Para pemimpin Israel melukiskan Yerusalem sebagai model koeksistensi, ibu kota orang Yahudi yang bersatu, abadi, di mana kaum minoritas memiliki hak yang sama. Tetapi warga Palestina menghadapi diskriminasi yang meluas, sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan dan banyak yang hidup dalam ketakutan akan dipaksa keluar.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Pandangan umum lingkungan Palestina di Silwan di Yerusalem timur, terlihat pada hari Rabu, 1 Juli 2020. Para pemimpin Israel melukiskan Yerusalem sebagai model koeksistensi, ibu kota orang Yahudi yang bersatu, abadi, di mana kaum minoritas memiliki hak yang sama. Tetapi warga Palestina menghadapi diskriminasi yang meluas, sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan dan banyak yang hidup dalam ketakutan akan dipaksa keluar.

IHRAM.CO.ID, Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Israel pengganti Benny Gantz telah mengklaim bahwa akan ada ruang di Yerusalem untuk ibu kota Palestina.

Dalam wawancara dengan surat kabar Saudi Asharq Al-Awsat kemarin, Gantz mengatakan: "Yerusalem harus tetap bersatu, tetapi akan mendapat tempat untuk ibu kota Palestina."

Dia menyatakan bahwa Yerusalem adalah kota yang luas, dipenuhi dengan situs-situs yang suci bagi kita semua. "Kami ingin Palestina memiliki perluasan geografis yang sesuai yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan yang nyaman tanpa hambatan,"  klaim Gantz kembali.

Yerusalem, yang berisi situs-situs religius dari ketiga agama Ibrahim dan merupakan kota utama Palestina baik dari segi populasi dan budaya, telah lama menjadi titik perselisihan antara Israel dan Palestina yang bertujuan agar bagian timur kota itu menjadi ibu kota negara. Kota ini juga menjadi ibu negara Palestina masa depan.

Namun, Gantz menolak gagasan Israel mundur ke perbatasan tahun 1967, seperti yang dituntut oleh perjanjian internasional. Dia juga mengisyaratkan kemungkinan aneksasi wilayah strategis Tepi Barat ke Israel, yang ditunda awal tahun ini.

"Israel membutuhkan Lembah Yordania untuk kebutuhan pertahanannya," Gantz menekankan seperti dilansir Middle East Monitor.

Sebelumnya berstatus internasional sebagai tidak sepenuhnya milik Israel atau Palestina, pemerintah Israel menyatakan kota itu sebagai ibu kota Israel pada 2017. Amerika Serikat yang mendukung sekutunya dalam keputusan tersebut, menyatakan akan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem, dengan beberapa negara lain mengikuti.

Di bawah 'kesepakatan abad ini' AS, desa Palestina di Abu Dis atau kota Al-Eizariya di Tepi Barat di pinggiran kota telah diusulkan sebagai ibu kota Palestina, bukan Yerusalem Timur. Namun pada bulan Februari, Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas menolak proposal tersebut.

Pernyataan Gantz bahwa Yerusalem dapat memiliki ruang untuk ibu kota Palestina dipandang sebagai upaya terakhir untuk menenangkan PA dan faksi Palestina setelah penolakan lokasi lain, dengan Trump juga mengusulkan hal yang sama di awal tahun.

Pejabat itu juga berusaha untuk mengumpulkan dukungan pemilih Arab menjelang pemilihan Israel keempat yang diharapkan dalam waktu dua tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement