Senin 21 Dec 2020 19:04 WIB

Ilmu yang Ingin Dikuasai Imam Syafii Tapi Tak Terwujud

Imam Syafii ingin menguasai ilmu kedokteran sepanjang hidupnya

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Syafii ingin menguasai ilmu kedokteran sepanjang hidupnya. Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Imam Syafii ingin menguasai ilmu kedokteran sepanjang hidupnya. Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Banyak kisah menarik tentang perjalanan hidup Imam Syafi’i yang diungkap di dalam buku “Biografi Imam Syafi’i: Kisah Perjalanan Hidup Sang Mujtahid” ini. 

Namun, yang lebih menarik lagi, dalam buku yang berjudul asli  Silsilat al-Aimmah al-Musyawwarah (2): al-Imam al-Syafi’I ini, adalah nasihat-nasihat dan pemikirannya. Salah satu nasihat Imam Syafi’i yang menarik adalah tentang anjuran untuk memperdalam ilmu kedokteran.

Baca Juga

Penulis buku ini, Tariq Suwaidan mengungkapkan bahwa Imam Syafi’i sangat menyesalkan dan menyayangkan sikap kaum Muslimin yang menyepelekan masalah kedokteran. Seperti diriwayatkan dari Harmalah ibn Yahya,

“Syafi’i sangat kecewa atas sikap kaum Muslim yang mengabaikan dunia kedokteran. Menurutnya, dengan begitu mereka telah meninggalkan sepertiga ilmu dan menyerahkannya kepada orang-orang lain.”

Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya ilmu kedokteran. Namun, sejak berabad-abad lamanya, Imam Syafi’i telah menganjurkan kepada umat Islam untuk mempelajari ilmu kedokteran. Bahkan, Imam Syafi’i sendiri memiliki wawasan cukup luas di bidang kedokteran.

Diriwayatkan dari Abi al-Hushain al-Mashri, ia menuturkan, “Aku mendengar ada seorang dokter di Mesir.” Ia menambahkan, “Syafi’i datang ke Mesir, lalu mampir di tempatku. Di sana ia berdiskusi denganku tentang kedokteran hingga aku mengira seorang dokter Irak telah datang ke negeri kami. 

Kataku kepada Syafi’i, ‘Apa engkau mau aku bacakan buku Hipokrates-seorang tokoh dan bapak kedokteran Eropa-kepadamu?’ Syafi’i lantas menunjuk buku itu dan berkata dengan lirih, ‘Mereka tidak merelakan aku untuk mempelajarinya’.” 

Artinya, murid-murid Imam Syafi’i di masjid pada saat itu tidak memberinya kesempatan untuk dapat memperdalam ilmu kedokteran. Seandainya Imam Syafi’i tidak sibuk memperdalam ilmu agama waktu itu, niscaya dia akan menjadi seorang dokter yang andal.

Meskipun Imam Syafi’i tidak sempat mendalami ilmu kedokteran, tapi cia menganjurkan kaum Muslimin mempelajari dan mendalami bidang kedokteran. Al-Rabi’ ibn Sulaiman bertutur, “Aku mendengar Syafi’i berkata, ‘ilmu itu ada dua: ilmu fikih atau ilmu agama dan ilmu medis-fisiologis’”.

Imam Syafi’i juga pernah berkata, “Ilmu agama yang paling utama adalah ilmu fiqih dan ilmu dunia yang paling utama adalah ilmu kedokteran.”

Dalam suatu kesempatan, Imam Syafi’i juga pernah menyinggung tentang wabah. Menurut dia, wabah tidak akan bisa diobati seorang dokter. Ibnu Abdul Hakam berkata, “Aku mendengar Syafi’i menuturkan, ‘Ada tiga hal yang tidak bisa diobati oleh seorang dokter: kebodohan, wabah, dan pikun.”   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement