Sabtu 12 Dec 2020 08:08 WIB

Pesan Harapan untuk Peserta Program 5.000 Doktor Kemenag

Diharapkan para penerima beasiswa dapat mengimplementasikan nilain luhur Pancasila

Beasiswa (ilustrasi)
Foto: yeppopo.wordpress.com
Beasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 2.222 penerima beasiswa studi dalam negeri dan 547 beasiswa luar negeri dalam berbagai bentuk tercatat dalam Program 5.000 Doktor Kementerian Agama (Kemenag) selama lima tahun terakhir. Penerima beasiswa luar negeri tersebar di lima benua, 24 negara, dan 93 kampus.

Menteri Agama, Fachrul Razi, berharap para penerima beasiswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai suatu ideologi bangsa. Ia berharap para alumni penerima bantuan program beasiswa 5.000 Doktor Kemenag ini tidak mengkhianati ideologi negara. Apabila ada alumni yang terpapar ideologi radikal, Menag tak segan untuk mencabut bantuan program beasiswa tersebut.

"Jika dari para penerima bantuan ini ternyata ada yang memiliki ideologi, paham, apalagi mengembangkan gerakan-gerakan yang menentang ideologi Pancasila, maka saya perintahkan kepada saudara Direktur Jenderal Pendidikan Islam agar mencabut semua fasilitas dan pembiayaan dari program ini kepada penerima program yang bersangkutan. Bahkan, mereka yang menentang Pancasila ini harus mengembalikan semua fasilitas yang diterimanya itu untuk dikembalikan ke kas negara," pesan Menag tegas.

Menurut Menag, para penerima program beasiswa 5.000 Doktor ini harus bangga, karena program tersebut dinilai sangat prestisius lantaran memiliki dampak sangat strategis, terutama dalam membangun komitmen Kementerian Agama untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat destinasi pendidikan Islam dunia.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani, para awardee atau alumni penerima bantuan program Beasiswa 5.000 Doktor ini dapat mengembang amanah sebagai agen perubahan, dimana mereka dituntut untuk berkarya dan mengabdi kepada lingkungan masing-masing usai menempuh studi doktoral.

Kehadiran para awardee ini, dikatakan Muhammad Ali, harus memberikan makna pada masyarakat dan lingkungan. Sebab mereka adalah alumni yang dipilih dengan profesi sebagai tenaga pendidik dan kependidikan. Bahkan mereka merupakan role model yang luar biasa dalam komunitasnya masing-masing.  

“Kepada para awardee yang hari ini sedang mengalami proses studi, semoga menjadi duta yang baik, duta yang membawa nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin. Mereka yang berwajah penuh dengan senyum, mereka yang setiap perilaku dan diksi yang dilakukan selalu menyapa, mereka adalah komunitas yang merangkul bukan memukul. Mereka yang mengajar tidak menghajar,” kata Muhammad Ali Ramdhani di Jakarta, Sabtu (12/12).    

Lebih lanjut, Prof Dhani, begitu akrab disapa, menjelaskan program ini muncul dilatarbelakangi tiga hal. Pertama, sebagai respons dan dukungan penuh atas arah dan tujuan pembangunan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Terutama dalam menciptakan Indonesia Maju melalui SDM unggul.

Kedua, lanjut Dhani begitu akrab disapa, beasiswa ini menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi agama Islam sehingga PTKI mampu menjadi episentrum peradaban Indonesia.

“Membangun peradaban tentunya adalah dengan pendidikan. Pendidikan menjadi penting, karena merupakan sebuah proses dalam menciptakan sumber daya manusia masa depan yang akan menguasai zaman,” imbuh Dhani.

Sebagai gambaran, hingga saat ini jumlah dosen PTKI yang telah meraih gelar doktor terdapat 5.449. Sedangkan untuk level magister sebanyak 32.889.

Dhani menjelaskan, dosen atau tenaga pendidik di perguruan tinggi seharusnya berkualifikasi S-3 atau doktor. Ini merupakan ikhtiar Kementerian Agama untuk meningkatkan kualifikasi dosen yang diharapkan bisa berkontribusi pada daya saing bangsa karena memiliki SDM yang melimpah. “Hal ini menjadi modal dalam berinovasi untuk membangun peradaban Indonesia yang diakui dunia,” kata Dhani.  

Dhani menyebutkan, selain program beasiswa regular dimana penerima beasiswa bisa memilih untuk menempuh studi doktoral di kampus-kampus terbaik di dunia, terdapat juga skema beasiswa customized program, yakni para penerima beasiswa bisa menentukan pilihan studi di kampus-kampus yang menjadi mitra Kementerian Agama.

Beberapa skema beasiswa yang sudah dikembangkan, antara lain MoRA-Leiden Scholarship on Religion and Society di Belanda, MoRA-McGill Scholarship on Religion and Society di Kanada, dan MoRA-Coventry Scholarship on Trust, Peace, and Social Relations di Inggris. Selain itu Kementerian Agama juga telah menjalin kerja sama dengan MoRA-INSA Scholarship on Applied Science and Technology (SAST) Prancis, MoRA-ATN Research and Innovation Scholarship (MoARIS) Australia, dan skema Special Pathways Leading to PhD (SPLP) Australia.

Kemudian dengan Mesir MoRA-Arab League Scholarship on Philology, dan MoRA-Canal Suez University on Arabic Teaching. Ramdhani mengatakan saat ini pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam menyelenggarakan beasiswa luar negeri bagi dosen dan tenaga pendidik PTKI.

“Kami optimistis pada 2021 dan seterusnya beasiswa ini bisa direncanakan lebih matang dan dapat diakses seluas-luasnya oleh para dosen di PTKI,” ujar guru besar UIN Bandung ini. ADV

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement