Rabu 23 Dec 2020 09:42 WIB

Proposal Normalisasi dengan Israel, RI Diminta Waspada

Demokrat mengkritisi adanya upaya transaksional dibalik normalisasi dengan Israel

Presiden Joko Widodo (kanan) menerima CEO International Development Finance Corporation (IDFC), Adam S Boehler (tengah) dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (10/01/2020).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kanan) menerima CEO International Development Finance Corporation (IDFC), Adam S Boehler (tengah) dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (10/01/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia diminta waspada mengenai adanya proposal normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel yang menjanjikan investasi senilai miliaran dolar AS.

Seorang staf Kongres Amerika Serikat (AS) yang dekat dengan pimpinan Partai Demokrat menjelaskan kepada Jewish Telegraphic Agency dan dikutip Times of Israel jika Indonesia harus waspada dengan proposal yang diajukan beberapa pekan sebelum pengukuhan inagurasi Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari 2021.

“Jika saya orang (Pemerintah) Indonesia, saya tidak akan mengandalkan janji apapun yang dibuat pemerintahan sekarang,”ujar staf yang enggan disebutkan namanya tersebut. 

Kepala lembaga investasi Amerika Serikat (AS) untuk luar negeri, International Development Finance Corporation (DFC) Adam Boehler mengatakan Indonesia dapat menerima investasi finansial senilai miliaran dolar AS. Syaratnya, apabila Indonesia membangun hubungan dengan Israel.

Di Hotel King David, Yerusalem, Senin (21/12) kemarin, Boehler mengatakan Indonesia dapat membuka keran investasi AS dua kali lebih besar dibandingkan saat ini yang sebesar 1 miliar dolar. Boehler mengaku sudah membahas hal ini dengan Indonesia.

"Bila mereka siap, dananya akan siap dan bila mereka siap maka kami akan senang bahkan memberi dukungan finansial yang lebih besar dibandingkan yang telah kami lakukan," katanya seperti dikutip Bloomberg.

Ia mengatakan tidak terkejut bila Indonesia, sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, bersedia membuka hubungan dengan Israel lalu DFC menggelontorkan banyak investasi ke negara itu. "Satu atau dua miliar dolar lebih," tambah dia.

Sementara itu, staf kongres AS menjelaskan, DFC didesain sebagai alat pembangunan bukan insentif bagi alat politik. 

Pemimpin-pemimpin AS dan Israel berharap semakin banyak negara yang bersedia melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Setelah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan dan Maroko melakukannya dalam beberapa bulan terakhir

Dilansir dari Times of Israel, Biden menyambut baik adanya perjanjian tersebut. Meski demikian, Partai Demokrat mengkritisi adanya upaya transaksional dibalik normalisasi hubungan tersebut. Misalnya saja, UAE akan mendapatkan pesawat jet tempur, Maroko akan memperoleh pengakuan atas pendudukannya di Sahara Barat. Sudan dijanjikan akan dihapus dari daftar negara-negara yang mendukung teroris. Meski demikian, belum ada penjelasan apakah Biden akan meneruskan perjanjian tersebut atau tidak. 

https://www.timesofisrael.com/trump-administration-offering-indonesia-billions-in-aid-for-israel-normalization/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement