Senin 28 Dec 2020 17:27 WIB

1.100 Pengungsi Rohingya Dipindahkan ke Pulau Terpencil

Bus dan truk siap membawa mereka serta barang-barang mereka ke pelabuhan Chittagong.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Rohingya berbelanja bahan makanan di pasar Kutupalong Rohingya di kamp Coxs Bazar, Bangladesh, 15 Mei 2020.
Foto: AP
Pengungsi Rohingya berbelanja bahan makanan di pasar Kutupalong Rohingya di kamp Coxs Bazar, Bangladesh, 15 Mei 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh akan melanjutkan proses relokasi pengungsi Rohingya ke pulau terpencil bernama Bhasan Char pada Selasa (29/12). Kali ini terdapat lebih dari 1.100 pengungsi yang bakal dipindahkan.

“Bus dan truk siap membawa mereka serta barang-barang mereka ke pelabuhan Chittagong hari ini. Malam ini, mereka akan tinggal di sana. Besok mereka akan dibawa oleh kapal angkatan laut ke pulau itu," kata salah seorang pejabat Bangladesh pada Senin (28/12).

Sejumlah pejabat yang menginformasikan tentang lanjutan proses relokasi itu enggan dipublikasikan identitasnya. Wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi Rohingya Mohammed Shamsud Douza mengatakan, tanggul sepanjang 12 kilometer telah dibangun di Bhasan Char.

Dia berharap tanggul tersebut bakal melindungi Bhasan Char dari banjir. Selain itu, Bangladesh pun telah membangun perumahan untuk 100 ribu pengungsi. Mohammed menegaskan bahwa relokasi bersifat sukarela. "Tidak ada yang dipaksa pergi ke sana," ujarnya.

Pada gelombang pertama relokasi yang dilakukan awal Desember, Bangladesh memindahkan lebih dari 1.600 pengungsi ke Bhasan Char. Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di Myanmar Tom Andrews mengatakan, komunitas internasional harus mengakui bahwa kebijakan-kebijakan dalam penanganan pengungsi Rohingya telah gagal. Hal itu dia sampaikan saat Bangladesh memutuskan merelokasi pengungsi Rohingya ke Bhasan Char.

Menurut Andrews salah satu indikator bahwa kebijakan penanganan pengungsi Rohingya telah gagal adalah karena Myanmar enggan mengambil langkah berarti untuk proses repatriasi yang aman, berkelanjutan, dan bermartabat ke Negara Bagian Rakhine. "Dan itu telah gagal dengan tidak mencukupi sumber daya Bangladesh untuk menjalankan misi kemanusiaannya," ujarnya pada 10 Desember lalu, dikutip laman Anadolu Agency.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement