Senin 28 Dec 2020 19:36 WIB

Waskita Nantikan Suntikan Dana dari SWF

Komposisi nilai kontrak Waskita saat ini 80 persen didominasi pengembangan bisnis.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
PT Waskita Karya, salah satu BUMN di bidang jasa konstruksi.
PT Waskita Karya, salah satu BUMN di bidang jasa konstruksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Waskita Karya (Persero) Destiawan Soewardjono mengatakan pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) sangat penting dalam membantu pembiayaan proyek infrastruktur BUMN karya. Destiawan berharap kehadiran LPI mampu membantu BUMN karya dalam mengembangkan infrastruktur dan pendapatan hasil dari investasi jangka panjang.

"Kalau ke depan ingin menyelesaikan semua program pembangunan memerlukan dana besar, kalau hanya (anggaran) pemerintah dan BUMN karya akan berat selesaikan ini," ujar Destiawan dalam webinar bertajuk 'Sovereign Wealth Fund: Sarana Pembangunan Ekonomi Indonesia' yang diselenggarakan Prodeep Institute di Jakarta, Senin (28/12).

Baca Juga

Destiawan menyampaikan Waskita mengerjakan 18 proyek tol investasi dan 5 proyek tol dengan skema turnkey dengan total panjang mencapai 1.300 kilometer. Selain itu, dia katakan, Waskita dipercaya membangun transmisi listrik 500 KV paket 1 sampai 3 di Sumatera. Kata Destiawan, total nilai proyek investasi dan turnkey yang dikerjakan ini memerlukan dana mencapai Rp 180 triliun.

"Ini yang membuat beban kami terkait beban bunga, dengan adanya SWF kami harap bisa terus melanjutkan (infrastuktur) sehingga ini tidak mengganggu arus kas perusahaan," ucap Destiawan.

Destiawan menerangkan komposisi nilai kontrak saat ini 80 persen didominasi pengembangan bisnis yaitu investasi di jalan tol. Ia menilai kehadiran SWF mampu mendorong kemampuan perusahaan untuk kembali melanjutkan pengembangan jalan tol.

Destiawan mengatakan selama ini Waskita memaksimalkan pendanaan melalui suntikan modal pemerintah berupa PMN dan suntikan modal dari publik. Pada 2015, Waskita melakukan rights issue dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 5,3 triliun yang berasal dari PMN sebesar Rp 3,5 triliun dan publik sebesar Rp 1,8 triliun.

Kata Destiawan, Waskita memanfaatkan proses dari divestasi badan usaha jalan tol untuk reinvestasi ke proyek lain. Selain itu divestasi juga menurunkan tingkat leverage sehingga Waskita memiliki kemampuan keuangan untuk berpartisipasi pada proyek lain

Pendanaan lain diperoleh dari perbankan dan obligasi yang mana Waskita masih mengandalkan pinjaman perbankan dan dana publik atau obligasi untuk memenuhi kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur.

"Waskita telah mendapatkan plafon kredit investasi senilai Rp 30 triliun untuk memenuhi kebutuhan investasi jalan tol dengan tingkat bunga rata-rata 10 persen sampai 12 persen," ungkap Destiawan.

Waskita, lanjut dia, juga menerbitkan saham baru pada 2017 yang diambil bagian oleh dua BUMN yaitu Taspen dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dengan total dana terhimpun mencapai Rp 3,5 triliun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement