Ahad 03 Jan 2021 15:32 WIB

Bencana Hidrometeorologi Masih Mengancam Tasikmalaya

Kabupaten Tasikmalaya berada di wilayah ketinggian dan kondisi tanah yang labil

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Sebuah rumah dan dua unit mobil di Desa Kawitan, Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, tertimpa material tanah longsor, Senin (12/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sebuah rumah dan dua unit mobil di Desa Kawitan, Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, tertimpa material tanah longsor, Senin (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat sepanjang 2020 terjadi 385 kejadian bencana. Bencana gerakan tanah adalah yang paling mendominasi, dengan rincian tanah longsor 253 kejadian dan pergerakan tanah 12 kejadian. 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, tanah longsor memang selalu mendominasi kejadian bencana di wilayahnya setiap tahunnya. Sebab, kondisi geografis Kabupaten Tasikmalaya berada di wilayah ketinggian dan kondisi tanah yang labil.

"Struktur geografis di Kabupaten Tasikmalaya mamang seperti itu. Kemudian tingkat kerawanan bencana nomor dua di Indonesia," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (3/1).

Iwan mengatakan, ancaman bencana hidrometeorologis di Kabupaten Tasikmalaya masih berpotensi terjadi hingga April 2021. Sebab, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), adanya fenomena La Lina membuat musim hujan masih akan terjadi.

 

"Kita juga akan siaga terus. Kita juga punya relawan di setiap kecamatan untuk mengantisipasi kejadian bencana," kata dia.

Menurut dia, warga mesti selalu siaga dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Sebab, Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah rawan bencana, khususnya bencana hidrometeorologi.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Tasikmalaya, terdapat 385 kejadian bencana yang terjadi sepanjang 2020, di antaranya kebakaran, gerakan tanah, banjir, gempa bumi, dan lain-lain. Akibat kejadian itu, sebanyak 49 rumah mengalami rusak berat, 50 rumah rusak sedang, 139 rumah rusak ringan, 178 terancam, dan 1.604 rumah terendam. 

Sementara itu, korban yang terdampak mencapai 1.366 kepala keluarga (KK) atau 3.847 jiwa, dengan rincian satu orang hilang, lima orang meninggal dunia, 11 orang luka-luka, dan 31 KK atau 47 jiwa menungsi. Sedangkan kerugian materil diperkirakan mencapai Rp 6,7 miliar. 

Di Kota Tasikmalaya, BPBD Kota Tasikmalaya mencatat, selama 2020 terdapat 137 kejadian bencana. Dari ratusan kejadian itu, yang paling mendominasi adalah cuaca ekstrem, dengan rincian 13 kejadian pohon tumbang dan 74 kejadian rumah rusak akibat cuaca ekstrem. Setelah itu, kejadian longsor dan gerakan tanah menyusul, dengan masing-masing 27 kejadian dan 12 kejadian.

Dari total kejadian bencana di Kota Tasikmalaya selama 2020, sedikitnya 261 KK atau 762 jiwa terdampak, sembilan orang luka-luka, dan 67 orang mengungsi. Selain itu, 223 rumah dan 26 fasilitas umum terdampak. 

Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar mengatakan, salah satu penyebab banyaknya kerusakan akibat bencana antara lain karena banyak bangunan yang sudah lapuk. \"Tertimpa hujan deras, akhirnya roboh,\" kata dia.

Selain itu, lanjut dia, kontur tanah di beberapa wilayah Tasikmalaya memang relatif gembur. Ia mencontohkan, Kecamatan Kawalu, Tamansari, dan Purbaratu, menjadi wilayah yang paling banyak terjadi bencana tanah longsor. 

Ia menambahkan, untuk melakukan antisipasi, pihaknya terus melakukan edukasi kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat mengenali potensi bahaya di lokasi sekitar tinggalnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement