Selasa 05 Jan 2021 08:27 WIB

Apa Makna Sahabat Nabi dalam Ilmu Hadis dan Sejarah Islam?

Tidak semua orang yang bertemu Nabi pada masa beliau hidup dapat dikatakan sahabat Na

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengertian dan makna sahabat menjadi penting jika umat Muslim hendak mempelajari ilmu agama. Sebab tak sedikit ilmu yang disebarkan Rasulullah, disaksikan secara langsung oleh para sahabat. Dari sahabat-sahabat Nabi jugalah khazanah hadis dan sunah dapat terkumpul dengan baik.

Dalam buku Ilmu Living Quran-Hadis karya Ahmad Ubaydi Hasbillah dijelaskan, tidak semua orang yang bertemu Nabi pada masa beliau hidup dapat dikatakan sahabat Nabi. Meskipun dia baik terhadap Nabi, tidak mengganggu dakwahnya, namun dua kriteria itu tidak cukup memberikan penekanan bahwa yang bersangkutan dapat dikatakan sahabat Nabi.

Seorang Muslim yang pernah bertemu dengan Nabi dan berinteraksi dengan beliau, namun belum masuk Islam saat interaksinya dengan Nabi itu, lalu dia baru masuk Islam usai Nabi wafat maka tidak bisa disebut sebagai sahabat Nabi. Atau seorang Muslim pada masa Nabi, namun dia belum pernah bertemu Nabi sama sekali, maka ia tidak bisa disebut sebagai sahabat Nabi.

Mereka yang hidup di masa Nabi, yang pernah berinteraksi namun belum memeluk Islam, atau yang hidup semasa namun belum pernah bertemu disebut sebagai mukhadlarmun. Yang mana secara akademis dalam ilmu hadis, statusnya sama dengan tabiin. Begitupula dengan seorang Muslim yang tidak pernah bertemu satupun sahabat Nabi, meskipun hidup sezaman dengan Khulafaurasyidin misalnya, tidak disebut sebagai tabiin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement