Rabu 06 Jan 2021 08:41 WIB

Thailand akan Batasi Pergerakan Warga di Seluruh Wilayah

Thailand kesulitan menahan lonjakan kasus infeksi yang terjadi tiba-tiba

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Foto selebaran yang disediakan oleh Angkatan Laut AS menunjukkan Spesialis Ritel Kelas 2 Luke Matheny, orang-orang yang memakai masker wajah berjalan di depan restoran baru di dalam pusat perbelanjaan di tengah gelombang baru penyakit virus korona (COVID-19) di Bangkok, Thailand, 05 Januari 2021.
Foto: EPA-EFE/NARONG SANGNAK
Foto selebaran yang disediakan oleh Angkatan Laut AS menunjukkan Spesialis Ritel Kelas 2 Luke Matheny, orang-orang yang memakai masker wajah berjalan di depan restoran baru di dalam pusat perbelanjaan di tengah gelombang baru penyakit virus korona (COVID-19) di Bangkok, Thailand, 05 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand melaporkan 527 kasus infeksi virus corona yang sebagian besar terjadi pada pekerja imigran yang kini sedang menjalani karantina. Namun, pemerintah mengatakan akan membatasi pergerakan warga di seluruh negeri.

Thailand kesulitan menahan lonjakan kasus infeksi yang terjadi tiba-tiba satu bulan setelah mendeteksi penularan di dalam negeri. Negara Asia Tenggara itu membangun sejumlah rumah sakit sementara di lima provinsi yang memiliki banyak kasus.

Baca Juga

Sebagian besar wilayah di Thailand termasuk ibu kota Bangkok, sedang diberlakukan berbagai peraturan pembatasan sosial. Pada Selasa (5/1) pemerintah mengatakan akan memberlakukan peraturan tambahan perpindahan barang dan perjalanan antar provinsi yang terdampak.

Thailand juga berencana mendirikan pos pemeriksaan di sejumlah jalan. Pusat Situasi Administrasi Covid-19 mengatakan kasus terbaru terdiri dari 439 imigran, 82 warga lokal, dan enam orang wisatawan.

Jumlahnya menurun dibandingkan Senin (4/1) lalu yang sebanyak 745 kasus. Angka itu jadi kasus harian tertinggi di Thailand sejak virus corona masuk ke negara itu Januari tahun lalu.

Bulan lalu kasus infeksi paling banyak terjadi di Provinsi Samut Sakhon, sebelah Bangkok. Penularan terjadi di antara asrama dan tempat kerja pasar ikan dan pabrik di provinsi tersebut. Rumah sakit sementara didirikan di sebelah pasar merawat para imigran yang terinfeksi.

Walaupun membatalkan banyak acara dan pertemuan publik serta menutup sekolah, bar, dan tempat lain masyarakat biasanya berkumpul, Pemerintah Thailand belum memberlakukan kebijakan seperti yang mereka terapkan Maret tahun. Kala itu pembatasan berhasil memutus penyebaran virus di dalam negeri.

Mal-mal dan pusat perbelanjaan tetap dibuka tapi pengunjung wajib menjaga jarak. Restoran hanya diizinkan melayani makan di tempat hingga pukul 21.00. Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha meminta masyarakat tetap tinggal di rumah.

"Kami tidak ingin mengarantina seluruh negeri karena kami tahu apa masalahnya. Jadi bisakah Anda mengkarantina diri Anda sendiri, ini terserah semua orang. Apabila Anda tidak ingin terinfeksi tetap tinggal di rumah selama 14 hingga 15 hari, jika Anda berpikir dengan cara ini maka akan lebih aman, lebih mudah diperiksa," katanya.  

Senin kemarin Prayuth mengatakan Thailand akan mencari 64 juta dosis vaksin. Jumlah tersebut tidak akan menutupi setengah dari total populasi Negeri Gajah Putih yang sebanyak 70 juta jiwa. Sejauh ini Thailand sudah memesan 28 juta dosis vaksin.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement