Selasa 12 Jan 2021 17:30 WIB

Keajaiban Istighfar

Allah memerintahkan hamba-Nya selalu berdzikir mengingat-Nya siang dan malam

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Keajaiban Istighfar Oleh Bahrus Surur-Iyunk
Keajaiban Istighfar Oleh Bahrus Surur-Iyunk

SUARA MUHAMMADIYAH -- Oleh Bahrus Surur-Iyunk

Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berdzikir mengingat-Nya siang dan malam, baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.

Di samping itu, seorang mukmin juga diperintahkan untuk memikirkan ciptaan-Nya. Jika ini telah dilakukan maka ia termasuk ulul albab, orang yang cerdas, orang yang berpikir.

Ada banyak tuntunan berdzikir dan bacaan yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di antara kalimat tayyibah itu adalah bacaan istighfar yang dimaksudkan secara khusus untuk memohon ampunan kepada Allah.

Ampunan-Nya bisa melapangkan jalan yang tiada berbatas antara seorang hamba dan Tuhannya. Kedekatan terbangun dengan limpahan rahmat tiada tara.

Bahkan, karena ampunan Tuhan (istighfar) itu pula seseorang bisa dikaruniai keturunan; Allah menurunkan hujan yang lebat dari langit; menghidupkan lahan pertanian yang kering kerontang dan melimpahkan banyak harta dan anak (QS. Nuh: 10-12).

Keajaiban istighfar juga pernah dialami secara langsung dalam penggalan hidup Imam Ahmad ibn Hanbal. Suatu hari di masa tuanya, sang Imam ingin jalan-jalan ke luar kota.

Beliau sendiri tidak tahu mengapa beliau ingin sekali pergi ke kota Bashrah. Beliau tidak ada janji dan keperluan yang cukup mendesak.

Beliau sampai di kota itu ketika waktu Isya’ tiba. Beliau pun ikut shalat berjamaah di sebuah masjid. Selesai shalat, ia beristirahat dan ingin merebahkan badan. Belum sampai tertidur di sana, seorang pekerja masjid mengusirnya.

“Wahai orang tua (syekh), mengapa kamu tidur di sini?”

Rupanya si marbot tidak tahu jika orang yang ada di hadapannya adalah seorang ulama besar yang disegani. Menariknya, sang Imam sendiri tidak memperkenalkan dirinya.

Padahal, hampir semua kalangan di dataran Irak tahu, setidaknya pernah mendengar nama, Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama ahli hadis dan zahid.

Imam Ahmad menjawab, “Ijinkan saya istirahat di sini. Saya ini seorang musafir.”

Si marbot itu menjawab tegas, “Tidak boleh. Orang tua tidak boleh tidur di masjid.”

Bukan hanya diusir dengan kata-kata, sang Imam juga didorong-dorong oleh si marbot agar keluar dari masjid. Setelah itu, si marbot pun menutup mengunci pintu masjid.

Sang Imam pun lalu ingin tidur di teras masjid. Saat mengetahui si orang tua itu tidur di teras, si marbot pun mengusirnya kembali. Dengan terpaksa sang imam pun keluar dari masjid tanpa tahu harus menginap di mana.

Secara kebetulan di samping masjid ada seorang penjual roti. Rumahnya kecil. Di rumah itu pula si pembuat roti itu membuat dan menjual rotinya. Penjual roti itu sedang membuat adonan.

Melihat dan mendengar ada orang tua yang diusir dari masjid, si penjual roti itu pun memanggil sang imam, “Wahai orang tua, Anda boleh menginap di tempat saya. saya punya tempat, meskipun kecil.”

Mendapat tawaran itu, sang imam langsung mengiyakan. Setelah masuk dan duduk, beliau memandangi dan bertanya banyak hal pada si penjual roti itu. Beliau tidak memperkenalkan diri dan hanya mengatakan dirinya musafir.

Ada yang menraik dari penjual roti ini. Ia memiliki perilaku khas. Saat Imam Ahmad mengajak bicara, ia menjawabnya. Namun, jika tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar dengan pelan –meski tetap terdengar.

Saat memberi garam, memecah telur, mencampur gandum dan saat bekerja itu pula ia senantiasa mengucapkan istighfar.

Melihat perilaku itu Imam Ahmad lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini? Dan apa yang engkau dapatkan dari kebiasaan membaca istighfar ini?”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement