Ahad 17 Jan 2021 12:54 WIB

Utang Luar Negeri Indonesia Akhir November USD416,6 Miliar

Utang luar negeri Indonesia akhir November USD416,6 miliar

Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1/2021). Nilai tukar rupiah menguat 20 poin (0,14 persen) terhadap mata uang Negeri Paman Sam dan ditutup pada level Rp 13.895 per dolar AS.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1/2021). Nilai tukar rupiah menguat 20 poin (0,14 persen) terhadap mata uang Negeri Paman Sam dan ditutup pada level Rp 13.895 per dolar AS.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mengumumkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia akhir November sebesar USD416,6 miliar atau sekitar Rp5.854 triliun.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan pertumbuhan ULN Indonesia pada akhir November 2020 tercatat sebesar 3,9 persen secara tahunan, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,3 persen secara tahunan.

“Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh peningkatan penarikan neto ULN pemerintah. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai ULN berdenominasi rupiah,” jelas Erwin dalam keterangan resmi, Jumat lalu, (15/1), seperti dilansir Anadolu Agency.

Dia menjelaskan posisi ULN Indonesia pada akhir November 2020 terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD206,5 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD210,1 miliar.

Dengan perkembangan tersebut, ULN pemerintah tumbuh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,5 persen secara tahunan menjadi sebesar USD203,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Oktober 2020 sebesar 0,3 persen secara tahunan.

“Perkembangan ini dipengaruhi oleh kepercayaan investor yang terjaga sehingga mendorong aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN), serta penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” urai Erwin.

Erwin menegaskan ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas.

Sektor prioritas tersebut antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,8 persen dari total ULN pemerintah), sektor konstruksi (16,6 persen), sektor jasa pendidikan (16,6 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,2 persen).

Sementara itu, ULN swasta tumbuh melambat pada akhir bulan November 2020 tercatat 5,2 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,4 persen secara tahunan.

“Perkembangan ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) dari 8,3 persen secara tahunan pada Oktober 2020 menjadi sebesar 7,2 persen secara tahunan,” kata Erwin.

Selain itu, ULN lembaga keuangan (LK) mencatat kontraksi 1,4 persen secara tahunan.

Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,0 persen dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.

Erwin mengatakan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

“Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir November 2020 sebesar 39,1 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 38,8 persen,” imbuh Erwin.

Sementara itu, struktur ULN Indonesia yang tetap sehat tercermin dari besarnya porsi ULN berjangka panjang yang mencapai 89,3 persen dari total ULN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement