Ahad 17 Jan 2021 17:14 WIB

Warga Tolak RS Darurat Covid-19 Tasikmalaya

Penolakan warga ditandai terpasangnya spanduk di depan gerbang masuk RS Dewi Sartika

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Spanduk penolakan warga sekitar terkait penggunaan RS Dewi Sartika untuk RS darurat Covis-19.
Foto: istimewa
Spanduk penolakan warga sekitar terkait penggunaan RS Dewi Sartika untuk RS darurat Covis-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya sejak lama berencana menggunakan Rumah Sakit (RS) Dewi Sartika untuk difungsikan sebagai rumah sakit darurat Covid-19. Keterbatasan ruang isolasi dan penambahan kasus yang terus terjadi, membuat RS yang masih dalam tahap pembangunan itu menjadi salah satu pilihan tempat penanganan Covid-19 di Kota Tasikmalaya.

Penolakan warga ditandai terpasangnya spanduk di depan gerbang masuk ke dalam RS Dewi Sartika, yang berlokasi di Kecamatan Kawalu, pada Sabtu (16/1). Namun, ketika Republika mendatangi lokasi pada Ahad (17/1), spanduk itu telah diturunkan.

Ketua Rukun Warga (RW) 07, Kampung Kawalu, Kelurahan Talagasari, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Suparlan mengakui, spanduk itu dipasang oleh warga sekitar. Menurut dia, warga menolak penggunaan RS Dewi Sartika untuk menampung pasien Covid-19 lantaran hingga saat ini belum ada sosialisasi dari dinas terkait.

"Tidak ada sosialisasi dari instansi terkait. Sampai saat ini belum ada pemberitahuan atau sosiasliasi," kata dia, Ahad.

Menurut Suparlan, warga ingin ada sosialisasi dari dinas terkait. Apalagi, lokasi RS Dewi Sartika sangat berdekatan dengan kantor Kecamatan Kawalu, yang notabene melakukan pelayanan publik kepada masyarakat.

"Apakah ada dampak atau tidak ke masyarakat? Apalagi itu kan dekat dengan kantor kecamatan, yang menjadi tenpat pelayanan publik," kata Suparlan.

Ia mengatakan, banyak warga yang khawatir jika RS Dewi Sartika menangani pasien Covid-19. Warga umumnya takut terpapar Covid-19 dari tempat itu.

"Kita semua juga takut," katanya.

Pelaksana Tugas Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf mengatakan, penolakan masyarakat itu seharusnya dapat diantisipasi oleh dinas kesehatan. Ia akan segera menginstruksikan dinas kesehatan beserta aparat kecamatan dan kelurahan setempat melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

"Lakukan sosialisasi bahwa masyarakat tak akan terdampak dari RS Dewi Sartika yang menjadi tempat isolasi. Itu sangat aman," kata dia.

Ia menjelaskan, sifat penularan Covid-19 bukanlan melalui udara (airborne). Virus Covid-19 menular dari percikan droplet dari satu orang ke orang lainnya. Selama masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan dengan benar, Covid-19 tak akan mudah menular.

"Masyarakat tak perlu khawatir terkena dampak. Yang penting dinas harus turun untuk lakukan sosialusasi yang benar. Jangan ada sampai berita hoaks," kata dia.

Yusuf juga meminta masyarakat untuk tak lagi melakukan penolakan. Sebab, saat ini sudah tidak ada tempat lagi untuk menangani pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya. Penggunaan RS Dewi Sartika sebagai RS darurat Covid-19 juga dilakukan dengan kajian yang matang.

"Tolong semua bantu supaya pandemi Covid-19 bisa cepat selesai," kata dia.

Hingga Ahad, RS Dewi Sartika belum juga difungsikan sebagai RS darurat Covid-19. Padahal, rencana penggunaan RS itu sudah ada sejak beberapa bula terakhir.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu keputusan RSUD dr Soekardjo. Sebab, RS darurat Covid-19 hanya bisa berjalan di bawah naungan RS rujukan Covid-19, dalam hal ini adalah RSUD dr Soekardjo.

"(Penggunaan) RS Dewi Sartika, kita masih menunggu pihak RSUD," kata dia, Selasa (12/1).

Menurut dia, secara umum bangunan RS Dewi Sartika sudah siap untuk dijadikan RS darurat Covid-19. Hanya saja, hingga saat ini belum ada kepastian dari RSUD dr Soekardjo.

"Kita koordinasi dengan RSUD kapan mau dijalankan. Kalau RSUD siap, itu sudah bisa dipakai," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement