Senin 18 Jan 2021 18:13 WIB

'Masyarakat Perlu Dipahamkan Wawasan Kebangsaan Religius'

Tokoh agama diimbau memberi suatu pernyataan sikap wawasan kebangsaan yang religius.

Agama dan politik (ilustrasi)
Foto: matthewmachowski.com
Agama dan politik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Memasuki tahun 2021, sudah saatnya bangsa ini menyudahi eksploitasi agama sebagai komoditas politik melalui maraknya politik identitas di ruang publik. masyarakat harus memahami bahwa membela agama bukanlah sesuatu yang berseberangan dengan membela negara. Begitu pun sebaliknya. Menegakkan ajaran Nabi juga bukan halangan untuk menegakkan NKRI.

Dosen Pascasarjana bidang Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam dari Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, Amir Mahmud mengatakan memang harus dipahamkan kepada masyarakat bahwa wawasan kebangsaan yang religius, agama tidak bertentangan dengan negara ini yang sedang kita bangun. Ia mengungkapkan bahwa hal itulah yang sedang ia lakukan saat ini dalam berbagai kesempatan, tentang Bagaimana membangun masyarakat yang berwawasan kebangsaan religius.

"Karena saya melihat memang ada kecenderungan dari beberapa tokoh agama yang menjadikan agama sebagai kendaraan untuk melegitimasi tindakannya, seolah-olah ini adalah perintah dari agama. Inilah yang harus kita sudahi," ujar Amir Mahmud di Solo akhir pekan lalu.

Ia menjelaskan, sejumlah tokoh agama tersebut memiliki kepentingan mereka sendiri tetapi menggunakan dalih agama. Maka menurutnya para tokoh nasional dan agama harusnya memberikan suatu pernyataan atau sikap wawasan kebangsaan yang religius sehingga tidak selalu menjadikan perbedaan yang ada ini sebagai alat untuk melakukan perlawanan.

"Apalagi hal ini selalu terjadi dalam konteks politik. Karena memang dalam yang namanya teori poltik, pemerintah dan rakyat ini memang selalu ada yang miss. Tinggal tergantung bagaimana kita membangun komunikasinya," ujar Direktur Amir Mahmud Center tersebut.

Oleh sebab itu ia berharap agar para tokoh di indonesia ini dan para pemimpinnya memahami wawasan kebangsaan yang religius. Karena perbedaan tidak seharunsya sampai menyulut kepada hal-hal yang menjurus ke chaos.

"Justru perbedaan ini harusnya memberikan warna dalam demokrasi kita. Dan sudah ada aturan dan tempatnya untuk menyalurkan perbedaan-perbedaan itu. Jadi tinggal bagaimana masyarakat dan para tokoh ini menyikapi hal tersebut," kata mantan anggota Pelajar Islam Indonesia itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement