Rabu 20 Jan 2021 15:37 WIB

Investasi di Surabaya Tembus Rp 64 Triliun

Dari total investasi yang masuk, penanaman modal dalam negeri mendominasi.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Mobil melintas di jalan menuju Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/9). Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Surabaya, M Taswin mengungkapkan, investasi di Kota Pahlawan mengalami peningkatan meski di tengah pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Mobil melintas di jalan menuju Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/9). Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Surabaya, M Taswin mengungkapkan, investasi di Kota Pahlawan mengalami peningkatan meski di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Surabaya, M Taswin mengungkapkan, investasi di Kota Pahlawan mengalami peningkatan meski di tengah pandemi Covid-19. Sepanjang 2020, catatan investasi di Kota Pahlawan mencapai Rp 64 triliun. Capaian ini sedikit di atas target Pemkot Surabaya, yaitu Rp 63 triliun.

“Kalau prosentasenya, capaian investasi di tahun 2020 mencapai 100,70 persen,” kata Taswin di Surabaya, Rabu (20/1).

Baca Juga

Taswin melanjutkan, nilai investasi yang masuk ke Surabaya sudah melebihi pencapaian tahun sebelumnya. Ia mencatat, target investasi tahun 2019 sebesar Rp 53 triliun dan realisasinya mencapai Rp 62 triliun. Kemudian target investasi 2020 dinaikkan menjadi Rp 63 triliun dan realisasinya mencapai Rp 64 triliun.

“Itu artinya, jika dibanding tahun lalu, Surabaya masih ada peningkatan investasi, meskipun kita berada di tengah pandemi,” ujarnya.

Menurut Taswin, nilai investasi sebesar Rp 64 triliun itu berasal dari dua jenis. Pertama dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 1,5 triliun. Kedua dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terdiri dari PMDN fasilitas sebesar Rp 20,63 triliun dan PMDN non-fasilitas sebesar Rp 41,92 triliun.

“Jika dibandingkan tahun 2019 lalu, memang PMA kita ada penurunan karena tahun 2019 mencapai Rp 2,44 triliun, dan tahun 2020 hanya Rp 1,5 triliun. Tapi yang naik tahun 2020 adalah PMDN-nya, terutama yang PMDN fasilitas sebesar Rp 20,63 triliun, dan tahun 2019 hanya 16,77 triliun,” kata dia.

Taswin menjelaskan lima sektor yang mendominasi PMA tahun 2020. Pertama, transportasi, gudang, dan telekomunikasi. Kemudian yang kedua, perdagangan dan reparasi, ketiga industri makanan, keempat konstruksi, dan kelima kesehatan.

Sedangkan lima sektor yang mendominasi PMDN fasilitas tahun 2020 adalah transportasi, gudang, dan telekomunikasi; ndustri makanan; listrik, gas, dan air; perdagangan dan reparasi; industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. Sementara lima sektor yang mendominasi PMDN non-fasilitas tahun 2020 adalah perdagangan dan reparasi; onstruksi; perumahan, kawasan industri  dan perkantoran; transportasi, gudang, dan telekomunikasi; serta hotel dan restoran.

Taswin mengaku, investasi di Surabaya lebih banyak didorong perkembangan UMKM yang terus meningkat. Salah satu buktinya adalah terus meningkatnya pengurusan izin usaha yang dilakukan oleh UMKM. Bahkan, jumlahnya lebih tinggi dibanding 2019.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement