Kamis 28 Jan 2021 15:12 WIB

Boris Johnson Dinilai Gagal Tangani Pandemi Covid-19

Inggris menjadi negara pertama di Eropa yang mencatat 100 ribu kematian akibat Covid

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama briefing media tentang virus corona, COVID-19, di Downing Street, London, Kamis 7 Januari 2021.
Foto: AP/Tolga Akmen/AFP Pool
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama briefing media tentang virus corona, COVID-19, di Downing Street, London, Kamis 7 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah dituding gagal menangani pandemi virus corona atau Covid-19 pada tahun lalu. Inggris menjadi negara pertama di Eropa yang mencatat 100 ribu kematian akibat Covid-19.

Johnson menghadapi serangkaian pertanyaan di Parlemen, terutama dari pemimpin Partai Buruh Sir Keir Starmer. Menurut pemimpin partai oposisi tersebut, sekarang bukan waktunya bagi pemerintah Inggris untuk belajar menangani pandemi.

Baca Juga

Starmer bersikeras pemerintah perlu bekerja sama dalam mengendalikan virus corona. Starmer mengatakan pemerintah belum dapat menangani krisis akibat pandemi.

“Inggris adalah negara pertama di Eropa yang mencatat 100 ribu kematian akibat Covid. Kami juga mengalami resesi terdalam dari ekonomi besar mana pun. Sekolah kami ditutup dan perbatasan kami terbuka. Namun kekhawatiran terbesar saya adalah Perdana Menteri masih belum belajar dari tahun lalu. Dan saya khawatir sebagai hasilnya kita akan melihat lebih banyak tragedi dan lebih banyak pencapaian yang suram," ujar Starmer dilansir Euro News, Kamis (28/1).

Starmer meminta Johnson menjelaskan alasan mengapa Inggris memiliki jumlah kematian tertinggi akibat Covid-19 di Eropa. Pada Selasa (26/1) lalu, Inggris tercatat sebagai negara kelima di dunia yang melampaui 100 ribu kematian akibat Covid-19 setelah Amerika Serikat, Brasil, India, dan Meksiko.

Pemerintah Inggris telah mendapat sorotan atas penanganannya terhadap pandemi, terutama kegagalan awalnya untuk melindungi panti jompo. Selain itu, pemerintah juga dinilai telah gagal meluncurkan program tes dan penelusuran. Pemerintah telah membuat keputusan untuk membuka kembali sekolah setelah liburan Natal.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi, Johnson mengaku akan bertanggung jawab atas semua kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani pandemi. Menurutnya, pemerintah telah melakukan segala upaya maksimal untuk meminimalkan dampak krisis yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19.

“Memang akan ada saat ketika kita harus mempelajari pelajaran dari apa yang telah terjadi, merenungkannya, dan mempersiapkannya. Saya tidak berpikir saat itu adalah saat kita sedang berjuang melawan varian baru, ketika 37 ribu orang berjuang dengan Covid di rumah sakit kita, dan saya pikir yang diinginkan negara adalah agar kita bersatu sebagai parlemen dan sebagai politisi yang bekerja untuk mengendalikan virus," kata Johnson.

Ketika ditanya tentang rencana pemerintah untuk membuka kembali sekolah, Johnson mengatakan sekolah akan dibuka kembali mulai 8 Maret. Sekolah di Inggris telah ditutup sejak 5 Januari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement